Triliunan dolar dana penanganan dan pemulihan ekonomi pasca Covid-19 masih belum digunakan untuk program yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Hal ini terungkap dari hasil analisis pengeluaran negara-negara dunia untuk penanganan dan pemulihan ekonomi paska Covid-19 yang dilakukan oleh Economic Recovery Project dari Universitas Oxford and UN Environment Programme (UNEP), Rabu, 10 Maret 2021.

Hasil analisis kedua lembaga tersebut menemukan, hanya 18,0% dari total pengeluaran untuk penanganan dan pemulihan ekonomi paska Covid-19 yang dialokasikan dalam program ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Laporan berjudul “Are We Building Back Better? Evidence from 2020 and Pathways for Inclusive Green Recovery Spending” ini mencatat, total hanya $368 miliar dari $14,6 triliun pengeluaran untuk penanganan dan pemulihan ekonomi paska Covid-19 yang masuk dalam kategori “hijau” pada tahun 2020.

Pandemi Covid-19 telah mendorong negara-negara dunia mengeluarkan dana triliunan dolar untuk pemulihan ekonomi. Namun tanpa panduan dan pengawasan yang ketat, dana investasi triliunan dolar yang dikeluarkan tersebut berpotensi terbuang percuma dan hanya akan memicu kerusakan atau kehancuran lingkungan dan ekonomi berikutnya.

Pandemi Covid-19 harus bisa menjadi batu loncatan bagi negara-negara di dunia untuk mengatasi krisis yang lebih besar – termasuk krisis perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati serta polusi – sehingga dunia bisa memperoleh manfaat sosial dan ekonomi dalam jangka panjang.

Laporan ini mencatat, setidaknya ada lima sektor investasi ramah lingkungan dan berkelanjutan yang bisa masuk dalam program penanganan dan pemulihan ekonomi paska Covid-19.

Kelima sektor tersebut adalah: pengembangan energi rendah karbon, pengembangan transportasi yang ramah lingkungan, restorasi bangunan untuk meningkatkan efisiensi energi, pengembangan solusi berbasis alam (nature based solutions/NbS) serta investasi di penelitian dan pengembangan hijau (green R&D).

Laporan ini menemukan – dari total $14,6 triliun dana yang telah dikucurkan pada 2020 – hanya $66,1 miliar yang dipakai untuk pengembangan energi rendah karbon. Sebagian besar dana ini berasal dari aksi Spanyol dan Jerman yang memberikan subsidi untuk proyek energi terbarukan serta investasi hidrogen dan infrastrukturnya.

Negara-negara dunia juga baru melaporkan investasi sebesar $86,1 miliar untuk transportasi hijau melalui transfer dan subsidi kendaraan listrik, investasi di transportasi umum, serta infrastruktur bersepeda dan jalan kaki.

Sebanyak $35,2 miliar lainnya, dilaporkan dipakai untuk restorasi bangunan untuk meningkatkan efisiensi energi. Dan ini sebagian besar dilaksanakan oleh Prancis dan Inggris.

Sementara baru $56,3 miliar dilaporkan untuk mengembangkan solusi berbasis alam (NbS) melalui inisiatif regenerasi ekosistem dan reboisasi. Dari dana tersebut, dua perlima dipakai untuk perbaikan taman umum dan aksi melawan polusi, terutama di AS dan China, guna mengatasi masalah lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Terakhir, dunia hanya mengalokasikan $28,9 miliar – dari total $14,6 triliun dana yang telah dikucurkan pada 2020 – untuk penelitian dan pengembangan (litbang) hijau. Litbang hijau mencakup litbang teknologi energi terbarukan, dekarbonisasi di industri penerbangan, solusi plastik, pertanian, serta teknologi penyerapan karbon.

Laporan ini menegaskan, tanpa bantuan teknologi yang bisa diperoleh dari penelitian dan pengembangan teknologi hijau, dunia memerlukan biaya yang jauh lebih besar – dan perubahan gaya hidup yang jauh lebih drastis – untuk mencapai target Persetujuan Paris.

Redaksi Hijauku.com