Setiap manusia adalah agen perubahan. Bersama kita bisa menciptakan masa depan yang kita inginkan 20 tahun yang akan datang.

Pesan ini adalah pesan utama yang ingin disampaikan kepada para pemimpin dunia dan berbagai komponen masyarakat yang akan terlibat dalam Konferensi Pembangunan Berkelanjutan atau Rio+20 yang akan diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil, pada 20-22 Juni nanti.

Dua puluh tahun setelah Rio menggelar “Earth Summit” pada 1992, Perserikatan Bangsa-Bangsa kembali mengorganisir forum global yang akan membahas strategi yang harus diterapkan jika dunia ingin mewariskan bumi yang layak ditinggali untuk generasi mendatang.

Di tengah perang dan perebutan sumber daya alam yang saat ini masih berlangsung di sejumlah negara, dunia harus menyelesaikan dua masalah penting yaitu masalah kemiskinan dan kerusakan lingkungan guna menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

Jumlah penduduk dunia tahun ini telah mencapai 7 miliar. Jumlah ini akan melonjak menjadi 9 miliar penduduk pada 2050. Dan seperlima penduduk dunia – 1,4 miliar jiwa – saat ini masih hidup dengan pendapatan US$1,25 (Rp11.000) setiap hari bahkan kurang.

Jumlah penduduk dunia yang belum memiliki akses listrik mencapai 1,5 miliar jiwa dan 2,5 miliar penduduk lainnya tidak memiliki fasilitas sanitasi yang layak. 

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, setiap hari, masih ada satu miliar penduduk dunia yang hidup dalam kondisi kelaparan.

Gas rumah kaca terus meningkat dan lebih dari sepertiga spesies dunia akan musnah jika perubahan iklim dibiarkan tak terkontrol.

Earth Summit pada 1992 telah meletakkan dasar-dasar pembangunan yang berkelanjutan dengan mendorong negara untuk berpikir global dan beraksi secara lokal untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan pemanasan global.

Sejak saat itu, solusi menuju terciptanya pembangunan yang berkelanjutan juga telah ditemukan. Solusi ini terkait cara kita membangun kota, menggunakan energi, air, pangan dan mengelola ekosistem.

Dunia harus beralih ke pola pembangunan yang lebih hijau, lebih ramah lingkungan sambil tetap berfokus mengatasi masalah kemiskinan.

Dunia dituntut untuk melindungi sumber daya laut dan ekosistemnya dari dampak perubahan iklim, eksploitasi dan kerusakan.

Menciptakan kota yang lebih layak untuk ditinggali dan lebih efisien juga menjadi salah satu kunci terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

Semua itu bisa diraih dengan beralih ke energi baru dan terbarukan yang bisa mengurangi emisi karbon secara signifikan, mengurangi polusi di dalam dan luar ruangan, tanpa melupakan tujuan utama pembanguan ekonomi yaitu kesejahteraan yang berkeadilan sosial.

Namun dunia belum sepenuhnya beralih ke sana. Landasan pembangunan berkelanjutan yang ada sejak Earth Summit belum diterapkan secara konsisten. Korupsi, persaingan bebas, keserakahan (greed) memicu eksploitasi sumber daya alam dan pola pembangunan yang tidak ramah lingkungan. (Bersambung)

Redaksi Hijauku.com