Kebakaran hutan diproyeksikan meningkat sebesar 50 persen pada akhir abad ini karena krisis iklim dan alih guna lahan. Hal ini disampaikan dalam laporan yang dirilis hari ini, Rabu, 23 Februari oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) dan GRID-Arendal, pusat komunikasi lingkungan yang berbasis di Norwegia. Studi ini juga menemukan bahwa wilayah Arktik dan wilayah lain – yang sebelumnya tidak terpengaruh oleh kebakaran hutan – akan menghadapi risiko kebakaran hutan yang lebih tinggi. Laporan ini menyeru pemerintah untuk melakukan perubahan radikal dalam respon mereka dan fokus terhadap pencegahan dan kesiapsiagaan kebakaran hutan.
Laporan ini menggarisbawahi perlunya dukungan dan investasi yang tepat untuk meminimalisir risiko kebaran hutan ini. “Pendanaan sering ditaruh di tempat yang salah,” tulis laporan ini. Menurut UNEP, pemerintah perlu memprioritaskan dukungan pendanaan pada para pekerja di layanan darurat dan petugas pemadam kebakaran di garis depan, yang mempertaruhkan hidup mereka untuk memerangi kebakaran hutan.
“Kita harus meminimalkan risiko kebakaran hutan ekstrem dengan menjadi lebih siap: berinvestasi lebih banyak dalam pengurangan risiko kebakaran, bekerja dengan komunitas lokal, dan memperkuat komitmen global untuk memerangi perubahan iklim,” ujar Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP.
Laporan berjudul Spreading like Wildfire: The Rising Threat of Extraordinary Landscape Fires, telah dirilis menjelang sesi lanjutan Majelis Lingkungan PBB yang berlangsung di Nairobi, Kenya, minggu depan. Perwakilan dari 193 negara akan hadir dalam acara ini.
Dampak Terhadap Kesehatan dan Satwa Liar
Laporan ini juga menyebutkan, kebakaran hutan merugikan negara-negara termiskin di dunia secara tidak proporsional. Negara-negara miskin merasakan dampak kebakaran hutan yang lebih lama setelah api mereda – menghambat kemajuan mereka mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan memperdalam kesenjangan sosial.
Sementara asap akibat kebakaran hutan secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat, meracuni pernapasan, memicu penyakit kardiovaskular dan krisis kesehatan. Sehingga negara-negara berpenghasilan rendah tidak mampu untuk menutup biaya pembangunan dan kesehatan yang timbul paska kebakaran hutan terjadi.
Satwa liar, serta habitat alami mereka, juga jarang bisa terselamatkan. Menurut laporan ini, kebakaran hutan bahkan telah mendorong beberapa spesies hewan dan tumbuhan mendekati kepunahan. Kebakaran hutan tahun 2020 di Australia misalnya, diperkirakan telah membantai miliaran hewan liar maupun hewan ternak.
Hubungan Saling Merugikan
Dan laporan UNEP menegaskan, krisis iklim dan kebakaran hutan memiliki hubungan yang saling terkait dan merugikan. Perubahan iklim semakin memperburuk risiko kebakaran hutan ini. “Peningkatan kekeringan dan suhu udara, kelembaban yang relatif rendah, kilat, dan angin kencang mengakibatkan musim kebakaran menjadi lebih panas, lebih kering, dan lebih lama,” tulis laporan ini.
Pada saat yang sama, kebakaran hutan juga memperburuk krisis iklim. Kebakaran hutan merusak sebagian besar ekosistem yang sensitif dan kaya karbon seperti lahan gambut dan hutan hujan tropis. Kebakaran hutan mengubah lanskap yang sensitif ini menjadi kotak api, pusat bencana kebakaran yang – terus menghasilkan emisi gas rumah kaca – membuatnya lebih sulit untuk menghentikan kenaikan suhu bumi.
‘Formula Siap Api’
Pemerintah, menurut laporan ini perlu lebih memahami perilaku kebakaran hutan. Kombinasi antara sistem pemantauan berbasis data dan ilmu pengetahuan dipadukan dengan kerja sama regional dan internasional yang lebih kuat diperlukan untuk mencegah kebakaran hutan.
Pemerintah juga didesak untuk mengadopsi apa yang disebut “Formula Siap Api”, yang menyerukan dua pertiga dari pendanaan dicurahkan untuk perencanaan, pencegahan, kesiapsiagaan dan pemulihan – dan sepertiga untuk tanggap bencana.
Saat ini, dana tanggap bencana kebakaran hutan langsung menyerap setengah porsi pembiayaan terkait. Sementara pendanaan untuk perencanaan dan pencegahan alokasinya kurang dari satu persen.
Laporan ini juga menyerukan peningkatan standar internasional untuk keselamatan dan kesehatan petugas pemadam kebakaran guna mengurangi risiko yang mereka hadapi di tempat kerja. Standar ini termasuk meningkatkan kesadaran petugas pemadam atas risiko menghirup asap, jebakan-jebakan di lokasi kebakaran yang mengancam jiwa, serta menjamin terpenuhinya hidrasi, nutrisi, waktu istirahat, dan pemulihan yang memadai saat menangani kebakaran hutan.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment