Sendawar, Kalimantan Timur, 28 Maret 2013. Tim monitoring WWF-Indonesia menemukan jejak segar yang mirip jejak badak saat melakukan monitoring orangutan di Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur, yang juga merupakan wilayah Heart of Borneo.
Untuk menguatkan bukti temuan tersebut, WWF-Indonesia bersama Dinas Kehutanan Kubar, Universitas Mulawarman, dan masyarakat setempat, melakukan survei lanjutan pada Februari 2013. Hasilnya, tim survei menemukan beberapa jejak kaki badak, bekas kubangan, bekas gesekan tubuh badak pada pohon, gesekan cula pada dinding kubangan, serta bekas gigitan dan pelintiran pada pucuk tanaman.
Tim survei juga mengidentifikasi adanya ketersediaan pakan badak yang berlimpah dan bervariasi, lebih dari 30 spesies tumbuhan pakan.
Konfirmasi saintifik dari beberapa ahli Badak di WWF-Indonesia dan peneliti satwa liar dari Universitas Mulawarman, Dr.Chandradewana Boer, menegaskan bahwa spesies tersebut kemungkinan besar adalah Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Temuan survei tersebut juga didukung data historis sebaran Badak Sumatra di Kalimantan yang telah terdokumentasi sebelumnya.
Hingga saat ini, belum dapat dikonfirmasi berapa individu badak yang teridentifikasi melalui temuan tersebut.
Temuan ini membawa angin segar bagi dunia konservasi nasional dan internasional, mengingat keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan sudah tidak pernah terdengar dan diketahui keberadaanya bahkan ditengarai telah punah sejak tahun 1990-an. IUCN (International Union for Conservation of Nature) telah mengklasifikasikan Badak Sumatera ini dalam kategori kritis (Critically Endangered).
“Penemuan ini sangat penting bagi dunia, khususnya bagi konservasi Indonesia, sebab ini menjadi pencatatan baru (new record) keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan Timur khususnya di wilayah Kubar,” ujar Bambang Novianto, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Kementrian Kehutanan. “Informasi keberadaan ini menjadi penting untuk strategi perlindungan populasi dan pembinaan habitat dimana badak tersebut ditemukan, jika populasinya terbukti viable dan berkembang biak,” lanjut Bambang.
Menurutnya, ke depan, diperlukan kerja sama banyak pihak termasuk masyarakat lokal, korporasi, dan lain-lain untuk mengambil langkah-langkah tepat demi konservasi Badak Sumatera di Kalimantan.
Menyikapi hasil temuan ini, Direktur Konservasi WWF-Indonesia, Nazir Foead, menyampaikan “WWF-Indonesia bersama pihak terkait, antara lain Kementrian Kehutanan dan Pemda Kubar akan melalukan survei lanjutan yang lebih komprehensif untuk memetakan preferensi habitat badak dan populasinya di Kutai Barat.
Berdasarkan hasil survei ini, perlu segera disusun strategi bersama serta rencana aksi yang komprehensif dan partisipatif bersama para pihak terkait, sehingga. upaya konservasi Badak Sumatera di Kalimantan ini dapat berlangsung jangka panjang dan didukung pendanaan berkelanjutan.” Menurut Nazir, temuan ini membawa kabar gembira dan menjadi momen penting sejak dicanangkannya Tahun Badak Internasional pada 5 Juni 2012 lalu oleh Presiden SBY.
Bupati Kubar, Ismael Thomas SH. M.Si, menyatakan “Badak, Orangutan, Pesut, Macan Dahan, Banteng, adalah makhluk ciptaan dan anugerah Tuhan yang sudah sangat langka, dan ternyata masih ada di Kubar . Keberadaannya harus dilestarikan, dan masyarakat semestinya bisa hidup secara harmonis dengan alam.”
Menurut Ismael, Kubar merupakan daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi yang merupakan bagian penting dari Heart of Borneo, untuk itu, Pemerintah Kubar berkomitmen melindungi dan menyelamatkan Badak ini melalui Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Fauna dan Flora Langka.
Menurutnya, Pemerintah akan membentuk tim yang akan bekerja sama dengan WWF-Indonesia untuk mengkaji dan mempelajari keberadaan satwa ini, untuk menentukan kebijakan, program konservasi yang tepat dan sumber pendanaannya.
WWF Indonesia
Leave A Comment