Anak-anak yang hidup di perkotaan lebih mudah terkena alergi makanan dibanding teman mereka yang hidup di pedesaan.

Hal ini terungkap dari hasil penelitian Northwestern University yang akan diterbitkan pada jurnal Clinical Pediatrics Juli nanti. Penelitian ini adalah penelitian pertama yang berupaya memetakan masalah alergi makanan di seluruh wilayah Amerika Serikat.

Secara khusus, anak-anak yang tinggal di kota-kota besar memiliki kemungkinan menderita alergi produk kacang dan kerang dua kali lipat lebih tinggi dibanding dengan mereka yang hidup di pedesaan.

“Kami menemukan, semakin padat populasi semakin tinggi kemungkinan anak-anak menderita penyakit alergi,” ujar Ruchi Gupta, M.D yang memimpin penelitian ini. “Lingkungan memiliki pengaruh pada munculnya gejala alergi makanan pada anak. Hal yang sama juga terjadi pada penyakit lain seperti penyakit asma.

“Pertanyaan besarnya adalah, faktor apa yang ada di lingkungan yang menjadi memicu penyakit ini? Dengan memahami faktor-faktor lingkungan ini kita bisa mencegahnya.”

Penelitian ini melibatkan 38.465 anak-anak berumur hingga 18 tahun dari berbagai wilayah di Amerika Serikat dengan menggolongkan mereka berdasarkan kode pos wilayah.

Para peneliti menemukan, 9,8% anak-anak yang tinggal di pusat kota mengalami masalah alergi, lebih banyak 3,5% dibanding anak-anak yang tinggal di wilayah pedesaan yang hanya 6,2%.

Alergi makanan adalah masalah kesehatan serius dan semakin sering terjadi di AS. Diperkirakan 5,9 juta anak-anak berumur hingga 18 tahun dan satu dari 13 anak-anak di sana, menurut riset yang dilakukan Gupta pada 2011, menderita alergi makanan yang bisa mengancam nyawa. Sebanyak 40% anak-anak yang menderita alergi makanan pernah mengalami peristiwa serangan alergi yang mengancam nyawa ini.

Reaksi alergi yang parah bisa menyebabkan turunnya tekanan darah, tersedak, kesulitan bernafas bahkan kematian. Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Allergy and Clinical Immunology, Maret tahun lalu, reaksi alergi makanan ini telah menyebabkan orang Amerika masuk ke ruang gawat darurat setiap tiga menit. Salah satu hipotesis penyebab alergi ini adalah banyaknya paparan polusi di wilayah perkotaan.

Redaksi Hijauku.com