Setiap musim hujan tiba, Haleka Shishay, penduduk distrik Tahtai Maichew di wilayah Tigray, Ethiopia, pergi meninggalkan desanya untuk mencari pekerjaan. Setelah lebah datang, kehidupannya berubah.

Kini, Shishay, 25, adalah pemilik sarang lebah dan telah mempunyai sumber pendapatan sendiri. Shishay adalah salah satu dari 600 pemuda tuna karya yang mengikuti pelatihan Climate Change Adaptation and Development Initiative (CC DARE), yang dilaksanakan bekerja sama dengan Program Lingkungan PBB (UNEP) dan Program Pembangunan PBB (UNDP).

Inisiatif ini berupaya mengintegrasikan proyek-proyek adaptasi perubahan iklim di negara-negara Sub-Sahara dan negara-negara pulau kecil yang sedang berkembang.

Secara spesifik program CC DARE ingin mengatasi dampak perubahan iklim dan menciptakan keamanan pangan di Ethiopia melalui program peternakan lebah.

Proyek berdurasi satu tahun ini berfokus pada bisnis lebah dan penanaman pohon serta tanaman semak yang bisa membantu mengatasi perubahan iklim sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi pemuda dan petani tuna karya.

Beternak lebah ternyata tidak hanya bisa menjadi sumber pekerjaan namun juga menjadi solusi praktis jangka panjang mengatasi krisis pangan di Ethiopia. Kekeringan yang melanda wilayah Tanduk Afrika (Horn of Africa) telah berimbas pada Ethiopia, negara yang lebih dari 85% penduduknya adalah petani.

Ternak lebah sudah tertulis dalam sejarah dan menjadi salah satu aktifitas ekonomi penting di Ethiopia. Namun penurunan kualitas tanah dan perubahan iklim telah membawa ancaman serius bagi bisnis lebah ini.

Beternak lebah bisa menjadi bisnis yang kompleks. Serangga adalah duta penyerbukan terpenting di muka bumi. Sebagian besar tanaman yang menjadi sumber keamanan pangan dunia diserbukkan oleh lebah. Dari 100 spesies tanaman yang menyumbang 90% pangan dunia, 70 spesies diserbukkan dengan bantuan lebah.

Namun lebah sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan intervensi manusia, seperti melalui penggunaan insektisida. Saat terjadi krisis pangan, saat itu pula lebah sulit untuk ditemui.

Krisis yang terjadi saat ini di wilayah Tanduk Afrika seperti di Ethiopia, Kenya dan Somalia, dimana lebih dari 12 juta orang sangat kekurangan pangan dan air bersih, mengingatkan kita akan pentingnya peternakan lebah bagi keamanan pangan dan kemandirian ekonomi.

Laporan UNEP berjudul “Global Bee Colony Disorders an Other Threats to Insect Pollinators”, yang diterbitkan awal tahun ini menyebutkan, ada beberapa ciri perubahan kondisi kehidupan di muka bumi akibat ulah manusia.

Laporan ini menggarisbawahi bahwa lebah adalah indikator awal meluasnya dampak perubahan iklim dalam kehidupan binatang dan tanaman.

Hal ini karena koloni lebah sulit beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih luas, juga terhadap perubahan iklim. Bahan makanan lebah juga lebih cepat musnah saat terjadi kekeringan.

Dalam proyek CC DARE sebanyak 1.000 tanaman semak dan pohon serba guna telah ditanam. Tanaman-tanaman ini adalah sumber pangan penting bagi lebah dan bisa mengurangi dampak perubahan iklim dan masalah lain seperti hilangnya sumber air.

Proyek ini melatih pemuda tuna karya dan petani untuk mengembangkan bisnis lebah, memroduksi madu, sarang lebah dan lilin dari lebah. Kesuksesan program pelatihan selama enam bulan ini mendorong Lembaga Perlindungan Lingkungan Ethiopia menciptakan program serupa untuk wilayah-wilayah lain negara ini.

Proyek CC DARE juga berkoordinasi dengan Program Adaptasi Nasional pemerintah (National Action Program for Adaptation, NAPA), membantu mereka mengurangi kemiskinan di negara tersebut.

Redaksi Hijauku.com