Musim semi mengingatkan pada puisi-puisi cinta Pablo Neruda, penyair Spanyol terbesar pada abad 20 yang syahdu. Saat musim semi tiba, pepohonan mulai ditumbuhi dedaunan berona cerah. Bunga bermekaran, berwarna-warni menghias setiap sudut kota Riegel am Kaiserstuhl.
Kota kecil yang elok itu terletak di selatan Jerman, dekat perbatasan Perancis dan Swiss.
Ada aneka bunga tulip, lily, matahari dan strawberry menghias setiap rumah. Sebagian warga kota sibuk menyirami aneka warna bunga dan hilir mudik berbelanja bunga.
Di Eropa penggemar bunga tak dibatasi gender, pria atau wanita begitu menyukai pesona dan jenis bunga. Tapi yang paling dominan adalah bunga tulip merah yang hampir bisa dijumpai di setiap sudut kota.
“Hore musim tulip tiba!” ucapan itu kerap dilontarkan sejumlah warga kota, begitu girangnya saat tulip tumbuh mempercantik suasana kota.
Di Jerman, ada semacam ritual wajib bagi warga kota – tatkala musim tulip tiba. Warga berbondong-bondong mengunjungi toko bunga yang buka non stop 24 jam, dilahan tidur.
Bagi pedagang bunga, musim tulip berarti berkah atas keuntungan yang didapat. Biasanya lahan-lahan kosong dimanfaatkan sebagai tempat berjualan aneka tulip yang berwarna oranye, merah dan kuning. Di sudut lain, ada juga aneka lily, matahari, dan strowberry.
Sistem perdagangan yang diterapkan mirip pasar swalayan atau supermarket. Pembeli bisa memetik bunga sepuasnya, dan memotong tangkainya sesuai keinginan.
Tak perlu khawatir, pisau telah disiapkan ditiap sudut. Keistimewaannya, harga pertangkai tulip cuma 0,45 Euro. Sungguh menyenangkan belanja bunga dengan harga murah.
Tanah kosong yang digunakan sebagai toko swalayan, biasanya diperoleh dengan cara menyewa pada pemilik lahan. Tanah itu biasanya belum dimanfaatkan pemiliknya. Makanya pemilik bersedia menyewakannya untuk toko bunga musiman.
Toko bunga itu cuma sementara, berdiri saat musim bunga tiba. Biasanya berlangsung selama seminggu atau sepuluh hari. Sistem pelayanannya tergolong unik, tak seperti toko swalayan pada umumnya. Tak ada kasir atau pelayan toko yang cantik. Jika seseorang ingin berbelanja tulip atau bunga lainnya, cukup memasukkan sejumlah uang di sebuah kotak kasir yang telah disediakan. Asal uangnya sesuai dengan harga dan banyaknya bunga yang dibeli. Bukan secara sukarela!
Biasanya pemilik toko sangaja memasang dinding kayu bertuliskan pemberitahuan harga per bunga. Pembeli pun dituntut untuk bersikap jujur, makanya toko swalayan bunga ini disapa sebagai “toko kejujuran”. Pembeli diberi kebebasan memilih beraneka bunga sesuai selera. Sedangkan pemilik toko akan singgah pada pagi harinya untuk mengambil keuntungan yang didapat dari kotak kasirnya.
Sistem perdagangan ini sudah lazim diterapkan di Jerman sejak beberapa tahun lalu, sebelumnya pernah berkembang di Swiss.
Ada dua hal yang menjadi landasan bertahannya konsep kejujuran ini diterapkan hingga sekarang, yakni kepercayaan dan kejujuran.
Pedagang memberi kepercayaan penuh kepada pembeli, sedangkan pembeli, sepatutnya bertanggungjawab terhadap kepercayaan yang telah diberikan oleh pedagangnya.
Secara moral, bila pembeli berlaku curang, tak akan ada sanksi pidana atau sanksi yang lain.
Seseorang bisa saja pergi tanpa memasukkan uang, atau hanya membayar separuhnya dari harga yang ditentukan. Toh, tak pernah terjadi kecurangan.
Sejauh ini, nilai moral “kejujuran” dalam masyarakat Jerman cukup tinggi. Pasti sistem perdagangan bebas seperti ini tak akan berlangsung lama, bila tak disertai perilaku jujur masyarakatnya.
Bila ada pembeli yang hendak berlaku curang, biasanya akan malu sendiri. Perilaku disiplin, bersih dan jujur masyarakat Jerman patutlah diteladani.
Bila ada yang nekat berbuat curang, pemilik toko menyiapkan kata-kata puitis penuh sindiran yang menyakitkan. Siapapun akan terketuk tatkala membaca kalimatnya.
“Achte auf Deine Taten,
denn sie werden Gewohnheiten.
Achte auf Deine Gewohnheiten,
denn sie werden Dein Schicksal
Ehrlichkeit belohnt das Leben!”
(“Awasi perilakumu,
karena itu akan menjadi kebiasaanmu.
Awasi kebiasaanmu,
karena itu akan menjadi takdirmu.
Kejujuran akan memberi berkah terhadap kehidupan”).
Catatan Redaksi:
Artikel ini ditulis oleh Farida Indriastuti, Jurnalis Freelance dan foto-foto oleh Sheila Susanti Dewi saat berkunjung ke kota Riegel am Kaiserstuhl, di sebelah selatan Jerman.
Redaksi Hijauku.com
Indah sekali… Pesona bunga tulip dan pesona kejujuran… 🙂 Ditunggu tulisan tulisan selanjutnya mba Farida Indriastuti 🙂
Hmm.. Cantik sekali bunga2 nya.
Secepatnya saya akan ke jerman dan berkunjung ke kota Riegel am Kaiserstuhl, di sebelah selatan jerman.
_ Citra Christoph _