“Dunia bergerak cepat menuju kekacauan iklim. Tanda-tanda vital planet bumi terus berkedip merah. Konsekuensi perubahan iklim akibat perilaku manusia tidak lagi menjadi sekedar ancaman di masa depan, namun sudah terjadi di depan mata kita.”
Peringatan ini disampaikan oleh tim ilmuwan yang terdiri dari William J. Ripple, Christopher Wolf, Michael E Mann, Johan Rockström, Jillian W Gregg, Chi Xu, Nico Wunderling, Sarah E Perkins-Kirkpatrick, Roberto Schaeffer, Wendy J Broadgate, Thomas M Newsome, Emily Shuckburgh, Peter H Gleick. Dalam laporan mereka terbaru berjudul 2025 State of The Climate Report: A Planet on The Brink yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah terkemuka, BioScience (https://doi.org/10.1093/biosci/biaf149),
Laporan ini menggarisbawahi, keadaan darurat yang tengah berlangsung saat ini, bersumber dari gagalnya para pemangku kepentingan melihat ke masa depan, kelambanan politik, sistem ekonomi yang tidak berkelanjutan, dan merebaknya ketidaktahuan dan ketidakpahaman masyakat akibat mengenai lingkungan dan krisis iklim akibat informasi yang salah.
Tim ilmuwan dalam laporannya menyatakan, hampir semua sisi lingkungan hidup (biosfer) tercabik-cabik akibat panas, badai, banjir, kekeringan, atau kebakaran yang terus meningkat. Sementara jendela mitigasi untuk mencegah dampak terburuk dari krisis lingkungan dan perubahan iklim terus menutup dengan cepat.
Pada awal 2025, Organisasi Meteorologi Dunia melaporkan bahwa 2024 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat (WMO 2025a). Kondisi ini kemungkinan lebih panas dibanding saat puncak interglasial terakhir, sekitar 125.000 tahun yang lalu (Gulev et al. 2021, Kaufman dan McKay 2022).
Terus meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca tetap menjadi penyebab utama di balik eskalasi ini. Upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dari perkembangan terbaru, sangat tertinggal. “(Kegagalan aksi mengurangi emisi gas rumah kaca ini) menandai awal dari babak baru yang suram bagi kehidupan di Bumi,” tegas laporan ini.
Tim ilmuwan menyampaikan, aksi mereka untuk berbicara terus terang baik kepada sesama ilmuwan, pembuat kebijakan, dan umat manusia pada umumnya adalah bagian dari kewajiban mereka sebagai peneliti dan akademisi di pendidikan tinggi.
“Kami berbagi tanggung jawab etis untuk menyuarakan tanda bahaya tentang kondisi meningkatnya risiko global ini dan mengambil tindakan kolektif dengan jelas dan tekad untuk menghadapinya. Kami tunjukkan bukti pemanasan yang semakin dipercepat dan mendokumentasikan perubahan tanda-tanda vital Bumi,” tutur mereka.
Indikator-indikator ini dibangun di atas kerangka kerja yang diperkenalkan oleh William J. Ripple dan rekan ilmuwan yang lain pada 2020. Mereka mengeluarkan deklarasi darurat iklim dan telah mengumpulkan dukungan dan tanda tangan dari sekitar 15.800 ilmuwan di seluruh dunia.
Mereka meneliti informasi bencana cuaca ekstrem baru-baru ini dan menganalisis baik risiko fisik dan sosial dari bencana-bencana tersebut. Berikut adalah ringkasan temuan utamanya:
- Tahun 2024 mencetak rekor suhu permukaan global rata-rata baru, menandakan eskalasi pergolakan iklim.
- Saat ini, 22 dari 34 tanda vital di planet Bumi telah mencetak rekor baru.
- Pemanasan global semakin cepat, kemungkinan didorong oleh berkurangnya pendinginan aerosol, umpan balik awan yang kuat, dan planet yang semakin gelap.
- Perusahaan dan manusia mendorong eksploitasi sumber daya alam di bumi memicu krisis (overshoot) ekologis. Jumlah penduduk, populasi ternak, konsumsi daging, dan produk domestik bruto semuanya berada pada rekor tertinggi, dengan tambahan sekitar 1,3 juta manusia dan 0,5 juta ruminansia ditambahkan setiap minggu.
- Pada tahun 2024, konsumsi energi bahan bakar fosil mencapai rekor tertinggi, dengan batu bara, minyak, dan gas semuanya berada di tingkat puncak. Gabungan konsumsi matahari dan angin juga mencetak rekor baru tetapi 31 kali lebih rendah dari konsumsi energi bahan bakar fosil.
- Sejauh ini, pada tahun 2025, karbon dioksida atmosfer berada pada tingkat rekor, kemungkinan diperburuk oleh penurunan penyerapan karbon darat yang tiba-tiba sebagian karena El Nino dan kebakaran hutan yang intens.
- Kehilangan tutupan pohon terkait kebakaran global mencapai titik tertinggi sepanjang masa, dengan kebakaran di hutan primer tropis, naik 370% dibandingkan tahun 2023, memicu peningkatan emisi dan hilangnya keanekaragaman hayati.
- Kandungan panas di lautan mencapai rekor tertinggi, berkontribusi pada peristiwa pemutihan karang terbesar yang pernah tercatat, mempengaruhi 84% area terumbu karang.
- Sejauh ini, pada tahun 2025, massa es Greenland dan Antartika berada pada rekor terendah. Lapisan es Greenland dan Antartika Barat mungkin melewati titik kritis, berpotensi membuat planet ini mengalami kenaikan permukaan laut hingga bermeter tingginya.
- Frekuensi bencana yang mematikan, mahal dan merugikan melonjak, dengan banjir Texas menewaskan sedikitnya 135 orang, kebakaran hutan California saja melebihi US$ 250 miliar dalam kerusakan, dan bencana terkait iklim sejak tahun 2000 secara global mencapai lebih dari US$ 18 triliun.
- Perubahan iklim membahayakan ribuan spesies hewan liar; Lebih dari 3500 spesies sekarang terancam kepunahan dan ada bukti baru tentang kepunahan populasi hewan terkait iklim.
- Sirkulasi terbalik meridional Atlantik melemah, mengancam gangguan iklim besar.
- Perubahan iklim telah mempengaruhi kualitas dan ketersediaan air, merusak produktivitas pertanian, pengelolaan air yang berkelanjutan, dan meningkatkan risiko konflik terkait air.
- Lintasan efek rumah kaca yang berbahaya saat ini kemungkinan lebih dipicu oleh pemanasan yang dipercepat, umpan balik yang memperkuat efek tersebut, dan tercapainya titik kritis.
- Strategi mitigasi perubahan iklim tersedia, hemat biaya, dan sangat dibutuhkan. Dari perlindungan hutan dan energi terbarukan hingga pola makan kaya tanaman, kita masih dapat membatasi pemanasan jika kita bertindak berani dan cepat.
- Titik kritis sosial dapat mendorong perubahan yang cepat. Bahkan gerakan anti-kekerasan kecil yang berkelanjutan dapat mengubah norma dan kebijakan publik, menyoroti jalan penting ke depan di tengah kemacetan politik dan krisis ekologis.
- Ada kebutuhan untuk perubahan sistem yang menghubungkan pendekatan teknis individu dengan transformasi masyarakat, tata kelola, kebijakan, dan gerakan sosial yang lebih luas.
Bagian terakhir temuan utama laporan ini mencakup strategi mitigasi iklim yang disarankan dan transformasi sosial yang lebih luas. Hal tersebut diperlukan untuk memastikan masa depan yang layak huni bagi generasi mendatang.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment