Pandemi COVID-19 menurunkan permintaan energi dan listrik dunia. Batu bara merana, energi terbarukan akan kembali berjaya di 2020. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) berjudul Global Energy Review 2020 yang dirilis hari ini, Kamis, 30 April 2020.

Laporan IEA menyebutkan, emisi CO2 terkait penggunaan energi akan turun 8% akibat pandemi COVID-19. Permintaan energi dunia akan turun 6% tahun ini. Penurunan ini tujuh kali lipat lebih tinggi dibanding penurunan permintaan energi dunia akibat krisis tahun 2009.

Menurut Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA, penurunan permintaan terbesar dialami oleh batu bara – penurunan permintaan terbesar sejak Perang Dunia II – diikuti oleh minyak dan gas. Laporan IEA ini dianalisis dari data permintaan energi dan listrik selama 100 hari pertama 2020.

“Pandemi COVID-19 memberikan goncangan terbesar pada sistem energi dunia dalam 70 tahun terakhir,” ujar Fatih. Permintaan listrik dunia diperkirakan akan turun 5% di 2020. “Penurunan permintaan listrik dunia ini adalah yang terbesar sejak Great Depression,” tambahnya lagi. Amerika Serikat dan Uni Eropa adalah dua wilayah yang mengalami penurunan permintaan listrik tertinggi. Great Depression adalah resesi global yang dimulai di Amerika Serikat yang terjadi 70 tahun yang lalu pada 1930-an.

Dan saat permintaan atas batu bara turun, teknologi rendah karbon diperkirakan akan kembali memimpin sebagai penghasil listrik utama dunia tahun ini. Tahun lalu, 2019, energi baru dan terbarukan untuk pertama kali mengalahkan batu bara sebagai sumber penghasil listrik terbesar di dunia, pertama kalinya dalam 50 tahun. Hijauku.com sudah menurunkan laporan ini dalam artikel berjudul Energi terbarukan Cetak Sejarah Baru. “Tahun ini energi baru dan terbarukan akan kembali memimpin, menghasilkan 40% kebutuhan listrik dunia,” ujar Fatih.

Peralihan ke energi terbarukan akan membawa manfaat kesehatan, pengurangan subsidi dan kerugian akibat perubahan iklim dengan nilai yang tidak main-main, senilai $160 triliun dalam jangka waktu 30 tahun. Laporan IRENA yang berjudul “Global energy transformation: A roadmap to 2050” yang dirilis tanggal 9 April 2019 menyatakan, setiap satu dolar ($1) dana yang diiventasikan untuk mengubah sistem energi global ke energi terbarukan akan memicu manfaat senilai $3-7, tergantung faktor eksternal yang digunakan.

Menurut laporan ini, peningkatan penggunaan energi terbarukan terbukti penting dalam mencapai target perubahan iklim pada 2050. Peralihan ke energi terbarukan juga akan menciptakan lapangan kerja baru yang lebih banyak dan mampu menutup kehilangan lapangan kerja di industri bahan bakar fosil. Dukungan kebijakan akan semakin mendorong terciptanya manfaat sosial dan ekonomi dari transformasi ke energi bersih.

Redaksi Hijauku.com