“Berjalanlah dengan rendah hati di muka bumi.” Pesan utama ini disampaikan oleh para pemuka lintas agama di Konferensi Perubahan Iklim / COP23 di Bonn, Jerman, Jum’at, 10 November 2017. Melalui pesan ini, mereka mengajak semua penganut agama dan seluruh pemimpin dunia untuk menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan dan berkelanjutan yang mampu menjadi solusi masalah lingkungan dan perubahan iklim. Perubahan perilaku ke gaya hidup yang berkelanjutan juga penting untuk mencapai target pembatasan kenaikan suhu bumi yang disyaratkan oleh Perjanjian Paris.

Perwakilan yang turut serta dalam aksi lintas agama ini diantaranya adalah Gopal Patel dari Bhumi Project (Hindu), Saffet Catovic dari Islamic Society of North America, Nana Firman perwakilan dari Global Muslim Climate Network (Indonesia), Tomas Insua dari Global Catholic Climate Movement. Pendeta Henrik Grape dari Church of Sweden dan World Council of Churches, Sister Jayanti dari Brahma Kumaris World Spiritual University dan Bishop Marc Andrus dari Episcopal Diocese of California. Mereka datang bersama berbagai pemeluk agama seperti Kristen Protestan, Kristen Katolik, Yahudi, Hindu, Islam, Buddha, serta penganut kepercayaan yang lain.

“Kami datang bersama-sama untuk mengajak semua orang dari berbagai golongan untuk menerapkan gaya hidup yang sederhana, yang penuh kasih, untuk mencegah dampak negatif dari perubahan iklim,” demikian pernyataan bersama yang disampaikan.

Semua pihak yang menandatangani pernaytaan ini bertekad untuk menerapkan gaya hidup hijau dengan mengurangi konsumsi energi rumah tangga, beralih ke pangan nabati dan transportasi yang lebih bersih dan ramah lingkungan yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas rumah tangga.

Para pemuka agama menyampaikan pernyataan ini dengan mengendarai sepeda sebagai simbol solusi transportasi yang berkelanjutan dan diterima oleh perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebelum menyerahkan pernyataan lintas agama ke perwakilan PBB, para peserta melaksanakan doa bersama pada jam 9:30 pagi di Gereja St. Cyprian Church, di Jalan Andauerallee 61, di Bonn, dilanjutkan dengan bersepeda sejauh 3 kilometer menyusuri Sungai Rhine River, menuju lokasi COP23.

“Mengatasi perubahan iklim dengan mengurangi jejak karbon adalah kewajiban moral kita bersama sebagai khalifah, sebagai penanggung jawab, perawat, penjaga di muka bumi. Kita harus mengasihi seluruh makhluk. Dengan mengubah pola konsumsi dan melaksanakan kegiatan konservasi, kita akan membantu melestarikan bumi untuk diri kita dan generasi mendatang. Aksi tersebut juga bisa memperbaiki kesehatan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan ekonomi terutama bagi mereka yang rentan terdampak perubahan iklim,” ujar Dr. Azhar Azeez, Presiden Islamic Society of North America.

“Dalam tradisi Hindu, kami percaya dunia adalah satu keluarga. Dunia tidak hanya dihuni manusia namun juga makhluk hidup lainnya, di alam dan di bumi. Untuk itu penting bagi kita untuk hidup secara ramah lingkungan untuk semua makhluk yang bersama hidup di muka bumi saat ini dan untuk generasi mendatang. (Perilaku) yang abai, yang melecehkan dan merusak adalah suatu pelanggaran,” ujar Sadhvi Bhagawati Saraswati, President Parmarth Niketan, Rishikesh, Global Interfaith WASH Alliance.

Setelah kegiatan bersama ini, para pemuka agama akan kembali bekerja sama untuk menggolkan kesepakatan formal menuju penerapan gaya hidup yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di seluruh dunia.

Redaksi Hijauku.com