Dunia akan mengalami perubahan iklim dan pemanasan global tercepat dalam 65 juta tahun jika semua negara tidak mampu mengurangi kecepatan peningkatan emisi gas rumah kaca, yang memerangkap panas dalam atmosfer.
Kesimpulan ini terungkap dari hasil analisis 27 model perubahan iklim oleh Noah Diffenbaugh, peneliti dari Stanford University dan Chris Field, Direktur Department of Global Ecology, Carnegie Institution yang diterbitkan dalam jurnal Nature, Jum’at (2/8).
Menurut kedua peneliti, peningkatan rata-rata suhu tahunan abad 21 akan melampaui 3,6° F (2° C) di hampir seluruh wilayah daratan dunia dalam periode 2046 hingga 2065 dan akan melonjak mencapai 7,2° F (4° C) selama tahun 2081-2100.
Jika skenario ini benar-benar terwujud, tingkat pemanasan global ini akan menjadi yang tercepat dalam 65 juta tahun terakhir. “Jika emisi gas rumah kaca terus naik seperti level saat ini, belahan bumi terluas di bagian utara akan mengalami kenaikan suhu tertinggi dan suhu di semua wilayah daratan akan naik secara dramatis,” ujar Field.
Tim peneliti menggunakan alat analisis Coupled Model Intercomparison Phase 5 (CMIP5), yang terdiri dari 27 model perubahan iklim. Mereka membandingkan tingkat perubahan iklim pada masa lalu, saat ini dan pada masa datang dengan menganalisis berbagai aspek yang mendorong respon biologis terhadap terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.
Hasilnya, CMIP5 berhasil mengungkap bagaimana atmosfer dan samudera bereaksi terhadap perubahan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.
Menurut kedua peneliti meski ada sejumlah ketidakpastian dalam proyeksi perubahan iklim pada masa datang, seperti siklus karbon dan perubahan energi di awan, namun ketidakpastian terbesar tetap terletak pada level emisi gas rumah kaca yang akan dihasilkan dari aktivitas manusia pada masa datang.
Kedua peneliti menekankan, di balik semua ketidakpastian di atas, ada satu hal yang masih bisa dikontrol yaitu permintaan terhadap bahan bakar fosil yang menyumbang peningkatan emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim dan pemanasan global.
Perubahan yang terjadi pada masa datang akan tergantung pada keputusan dan inovasi manusia (dalam mengurangi) emisi gas rumah kaca. “Masa depan bumi ada di tangan kita,” ujar Field sebagai mana dikutip dalam berita Carnegie.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment