Walau terkesan sederhana, menghindari jalan raya dengan cerdas bisa menjadi solusi baru untuk atasi kemacetan dan polusi. Cara ini bisa dilakukan dengan bantuan ponsel dan data GPS.

Hal ini terungkap dari hasil penelitian bersama Massachusetts Institute of Technology dan University of California, Berkeley yang dirilis akhir bulan lalu (20/12).

Menurut para peneliti, meminta para pelaku komuter untuk mengurangi penggunaan mobil di jam sibuk memang bisa mengurangi kemacetan. Namun menganjurkan kelompok tertentu untuk menghindari jalan raya akan berdampak lebih baik. Hal itu bisa dilakukan dengan bantuan ponsel dan sistem pemetaan lokasi global (GPS).

Penelitian yang dilakukan di wilayah Boston dan San Francisco ini adalah penelitian skala besar pertama yang menggunakan data ponsel secara acak, tidak menggunakan data hasil survei dan data dari biro sensus Amerika Serikat.

Kemacetan di AS menurut data tahun 2007, menyebabkan tambahan waktu perjalanan selama 4,2 miliar jam, menghabiskan 2,8 miliar galon (10,6 miliar liter) bahan bakar dan menghasilkan polusi udara dalam jumlah besar.

Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports ini menunjukkan, membatalkan atau menunda 1% perjalanan di seluruh wilayah hanya akan mengurangi kemacetan sebesar 3%.

Sementara membatalkan 1% perjalanan di wilayah-wilayah yang dipilih secara seksama akan mampu mengurangi kemacetan di seluruh wilayah hingga 18%.

“Penelitian ini menunjukkan, tidak semua pengemudi berpotensi menimbulkan kemacetan,” ujar Alexandre Bayen, asisten profesor di UC Berkeley. “Sehingga, meminta semua orang untuk mengubah waktu dan mode transportasi mereka, kurang efisien dalam mengurangi kemacetan.”

Metode baru ini hanya menggunakan tiga jenis data yang bisa ditemukan di hampir semua wilayah perkotaan yaitu data kepadatan penduduk, data jaringan jalan raya dan data ponsel.

Marta González, asisten profesor di MIT dan Pu Wang, profesor di Central South University, yang turut membantu penelitian ini mengumpulkan data ponsel selama tiga minggu guna memantau rute pengendara dan memerkirakan volume dan kecepatan lalu lintas di wilayah Boston dan wilayah San Francisco Bay.

Mereka lalu mencek ulang data tersebut dengan data sensor GPS yang dipasang di taksi guna menghitung kecepatan mobil berdasarkan waktu tempuh dari satu lokasi ke lokasi yang lain.

Dari data kecepatan mobil tersebut mereka bisa mengetahui tingkat kemacetan di suatu wilayah. Hasilnya, mereka menemukan kecocokan antara data ponsel dan data GPS dalam menentukan wilayah kemacetan.

Dengan menggunakan model komputer, para peneliti berhasil membuktikan kesuksesan metode baru ini. Namun penerapan metode ini menurut Alexandre sangat tergantung pada kebijakan pemerintah.

Redaksi Hijauku.com