Model perubahan iklim dari NASA memrediksi peningkatan intensitas kebakaran dan cuaca ekstrem di Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini diungkapkan dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union yang berlangsung Selasa (4/12), di San Francisco.
Para ilmuwan, dengan menggunakan data satelit dan model perubahan iklim, memrediksi kondisi yang semakin kering yang akan memicu kebakaran di sejumlah wilayah AS dalam beberapa dekade mendatang.
Analisis NASA ini menurut Doug Morton, peneliti dari Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Madison, didasarkan atas data tren kebakaran saat ini dan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam dekade mendatang.
“Tidak hanya peningkatan intensitas kebakaran, model perubahan iklim juga memerkirakan peningkatan frekuensi cuaca ekstrem di AS,” ujar Morton.
Para peneliti menghitung skenario emisi gas rumah kaca tertinggi dan terendah. Dalam kedua kasus, mereka menemukan bahwa iklim akan semakin kering dan bencana kebakaran akan semakin sering terjadi dalam 30-50 tahun mendatang.
Risiko kebakaran tinggi seperti yang terjadi tahun ini akan berulang 2-4 kali setiap dekade pada pertengahan abad ini – naik dari hanya sekali menurut kondisi iklim sekarang.
Hingga Agustus tahun ini, luas wilayah kebakaran di AS mencapai 2,5 juta hektar. Data ini diperoleh dari data pencitraan satelit. “Kebakaran adalah fenomena yang terjadi di seluruh dunia, cara paling praktis untuk melacaknya adalah dengan menggunakan satelit,” ujar Louis Giglio, peneliti dari University of Maryland di College Park dan Goddard.
Saat intensitas kebakaran di AS naik dalam 25 tahun terakhir, jumlah emisi gas rumah kaca juga meningkat. Hal tersebut memicu lingkaran setan antara peningkatan emisi dan intensitas bencana.
Menurut Chris Williams, peneliti dari Clark University, jumlah emisi CO2 akibat kebakaran di wilayah bagian barat Amerika telah naik 2,4 kali lipat dari rata-rata 8 juta ton per tahun pada periode 1984-1995 menjadi rata-rata 20 juta ton per tahun dari 1996-2008.
Selain karena alam, kebakaran di Amerika Serikat menurut Hsiao-Wen Lin, peneliti dari University of California, juga dipicu oleh aktivitas pertanian dan kebakaran lahan yang disengaja (prescribed fires). Dua faktor itu menyumbang 70% bencana kebakaran aktif di dataran AS. Kebakaran di ladang pertanian juga naik 30% dalam sepuluh tahun terakhir.
Berbeda dengan kebakaran liar, kedua jenis kebakaran di atas tidak terlalu terpengaruh oleh iklim, terutama kekeringan. “Sehingga peluang untuk mengurangi emisi akibat kebakaran tersedia – salah satunya dari industri pertanian – yang bisa meningkatkkan kesehatan masyarakat,” ujar Lin sebagaimana dikutip dalam berita NASA.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment