Peta energi dunia berubah. Amerika Serikat berpotensi menjadi produsen minyak terbesar dunia.

Peralihan dramatis ini terungkap dari laporan International Energy Agency terbaru yang dirilis di London, Senin (12/11).

Laporan berjudul World Energy Outlook (WEO) ini menyatakan, pertumbuhan produksi minyak dan gas alam Amerika Serikat yang luar biasa akan mengubah peta energi global.

Dalam skenario WEO, Amerika Serikat akan menjadi negara produsen minyak terbesar – menggantikan posisi Arab Saudi – dan pengekspor gas alam utama pada 2020. Amerika Serikat – yang saat ini masih mengimpor 20% kebutuhan energinya – juga akan bisa berswasembada energi pada 2035.

Pertumbuhan produksi minyak di Amerika Utara juga akan mengubah peta perdagangan minyak internasional. Menurut WEO,  pada 2035, hampir 90% ekspor minyak Timur Tengah akan disalurkan ke Asia.

Permintaan energi dunia akan terus meningkat, tumbuh lebih dari sepertiga pada 2035. China, India dan Timur Tengah menyumbang 60% dari pertumbuhan permintaan energi dunia; sementara di OECD, terjadi peralihan permintaan energi ke gas alam dan energi terbarukan.

Bahan bakar fossil, menurut WEO, akan tetap dominan dalam bauran energi global akibat subsidi BBM yang pada 2011 melonjak hampir 30% menjadi US$523 miliar. Kenaikan subsidi ini terjadi terutama di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.

Permintaan minyak dunia akan naik 7 juta barel/hari pada 2020 dan melampaui 99 juta barel/hari pada 2035, yang akan memicu kenaikan harga minyak menjadi US$125/barel.

Menurut IEA, dunia akan terus bergantung pada pasokan minyak dari OPEC setelah 2020. Iraq akan menyumbang 45% pertumbuhan produksi minyak dunia pada 2035 dan akan menjadi negara pengekspor minyak terbesar kedua menggantikan Rusia.

Permintaan gas alam menurut laporan WEO akan naik sebesar 50% menjadi 5 triliun meter kubik pada 2035. Hampir separuh dari peningkatan produksi gas berasal dari sumber non-konvensional yang berasal dari Amerika Serikat, Australia dan China.

Permintaan batu bara akan sangat tergantung dari kebijakan penurunan emisi global. Namun Skenario Kebijakan Baru (New Policies Scenario) dari IEA memerkirakan, permintaan batu bara akan tetap tumbuh sebesar 21% dengan permintaan terbesar berasal dari China dan India.

Peralihan peta energi global ini akan membawa manfaat ekonomi senilai US$18 triliun pada 2035. Amerika Serikat, India, China, dan Eropa akan menjadi negara yang paling menikmati manfaatnya.

Redaksi Hijauku.com