Mereka yang membatasi konsumsi kalori memiliki jantung yang berkinerja setara dengan mereka yang berusia 20 tahun lebih muda.

Kesimpulan ini terungkap dari hasil penelitian ilmuwan di Washington University School of Medicine di St. Louis, Amerika Serikat.

Kemampuan jantung untuk beradaptasi terhadap aktivitas fisik, tidur, stres, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi detak jantung, tidak banyak berubah pada orang yang membatasi konsumsi kalori mereka selama rata-rata 7 tahun.

Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal “Aging Cell” yang bisa diakses secara online minggu lalu.

Dalam proses penelitiannya, para ilmuwan menempelkan alat pemantau detak jantung portabel pada 22 orang yang menjalani diet rendah kalori. Semua responden yang rata-rata berusia 51 tahun ini mengonsumsi makanan sehat dan mengurangi kalori hingga 30%.

Para peneliti lalu membandingkan hasil penelitian mereka dengan 20 orang lain yang menjalani pola diet biasa.

Hasilnya, mereka yang melakukan diet rendah kalori memiliki detak jantung yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang menjalani diet biasa.

“Kemampuan jantung untuk beradaptasi semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, jantung menjadi kurang fleksibel sehingga risiko kematian akibat serangan jantung semakin tinggi,” ujar Phyllis K. Stein, yang memimpin penelitian ini. Mereka yang melakukan diet rendah kalori memiliki jantung yang lebih fleksibel setara dengan mereka yang berusia 20 tahun lebih muda.

Namun menurut Stein, untuk meraih manfaat tersebut, Anda tidak hanya harus melakukan diet rendah kalori namun juga harus menerapkan gaya hidup sehat.

“Mereka yang melakukan diet rendah kalori cenderung lebih sehat di segala aspek kehidupan. Namun jika mereka tidak menerapkan gaya hidup sehat, seperti masih merokok dua bungkus sehari, maka mereka tidak akan meraih manfaat positif dari diet rendah kalori ini,” ujar Stein.

Redaksi Hijauku.com