Jakarta, 2 April 2018 – Untuk pertama kalinya, seekor hiu paus betina telah dipasangi tag satelit finmount oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Conservation International (CI) Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Kaimana, dan  Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) di Kaimana, Papua Barat, pada 6 Maret 2018 lalu. Tag satelit tersebut dipasangkan kepada hiu paus betina berukuran 6,2 meter. Hal ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan survei untuk mempelajari pola migrasi hiu paus – spesies misterius dan terancam punah – secara lebih baik, guna meningkatkan perlindungan dan pengelolaanya di Indonesia.

Seperti juga dijumpai di tempat-tempat lain di dunia, kebanyakan agregasi hiu paus di Indonesia didominasi oleh hiu paus jantan muda, di mana rasio hewan jantan dan betina mencapai 40:1. Hingga kini, penjelasan ilmiah tentang fenomena tersebut masih minim, namun para peneliti berasumsi bahwa hiu paus betina lebih banyak menghabiskan waktunya di kedalaman perairan dibanding hiu paus jantan dan jarang dijumpai muncul ke permukaan.

Hiu betina yang sehat dan berpola totol dan lurik yang menarik tersebut langsung dinamai “Susi” sebagai apresiasi terhadap Menteri Kelautan dan Perikanan, atas visi dan komitmen beliau dalam membangun sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dan dikelola dengan baik di Indonesia. Menteri Susi merespon positif terhadap berita penamaan hiu paus tersebut. Ia pun menggarisbawahi pentingnya tagging untuk memberikan data ilmiah guna mempelajari pergerakan dan ekologi dari hiu paus dengan lebih baik, karena selama ini informasinya masih minim di Indonesia.

“Pada akhirnya, ini akan mendukung upaya-upaya perlindungan populasi hiu paus di Indonesia, serta menjadi masukan terhadap peraturan perundangan dalam rangka meningkatkan perlindungan dan pengelolaan spesies, serta pengembangan pariwisata berbasis hiu paus di Indonesia,” ungkapnya.

Melanjutkan pernyataan Menteri Susi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi menambahkan pentingnya perlindungan hiu paus bagi Indonesia, mengingat spesies ambassador ini rentan mengalami ancaman kepunahan dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, khususnya bagi pariwisata dan kesehatan ekosistem laut. Ia juga menyampaikan pengelolaan Jejaring Kawasan Konservasi Perairan Indonesia yang ekspansif dapat memastikan terjaganya habitat yang sehat bagi hiu paus yang nantinya akan berkontribusi bagi manfaat ekonomi yang diberikan oleh Kawasan Konservasi melalui promosi pariwisata berbasis hiu paus.

“Kita sudah bisa melihat di Maladewa di mana industri pariwisata berbasis hiu paus bernilai USD 9,5 juta per tahun, atau sebanding dengan Rp130 miliar. Indonesia sebagai negara yang lebih besar, diperkirakan memiliki populasi hiu paus yang juga lebih besar. Maka, potensi ekonomi dari pariwisata hiu paus (serta spesies hiu dan pari lainnya) jauh lebih besar. Dengan pemikiran ini, kita harus bekerja sama untuk melaksanakan mandat KEPMEN-KP Nomor 18 Tahun 2013 tentang penetapan status perlindungan penuh terhadap hiu paus di seluruh perairan Indonesia”, terang Brahmantya.

Sejak tahun 2015, KKP telah bekerja sama dengan CI Indonesia untuk memasangkan tag satelit SPLASH finmount guna memonitor dan mempelajari lebih jauh pergerakan dan perilaku hiu paus. Sejumlah hiu paus telah memberikan data pergerakan selama dua tahun, menunjukkan sebagian besar hiu-hiu ini melakukan perjalanan ribuan kilometer dan mengunjungi beberapa negara tetangga, di antaranya Australia, Filipina, Papua Nugini, Palau, dan Negara Federasi Mikronesia dan kebanyakan dari mereka kembali lagi ke Indonesia.

“Informasi yang didapatkan dari kegiatan tagging mendukung upaya perlindungan spesies dan sejumlah habitat penting hiu paus dengan lebih baik. Hal ini tentunya dicapai melalui kerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk merancang dan mengimplementasikan rencana pengelolaan spesies ini yang diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat untuk generasi mendatang,” tutur Direktur Program Kelautan CI Indonesia, Victor Nikijuluw.

Bupati Kabupaten Kaimana, Mathias Mairuma, yang telah lama bekerja dengan CI Indonesia dan operator pariwisata lokal dalam mengembangkan ekowisata berbasis hiu paus di Kaimana, menyampaikan urgensi untuk mengelola dan mempromosikan ekowisata berbasis hiu paus di Indonesia, khususnya di Kaimana. Mathias berkomitmen untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

“Kami telah bekerja sama dalam mengembangkan ekowisata berbasis hiu paus ini di Indonesia dan meningkatkan usaha-usaha perlindungan hiu paus di seluruh perairan Indonesia, karena populasi hiu paus yang sehat akan dapat menyediakan sumber mata pencaharian berkelanjutan yang penting untuk masyarakat kami,” tutupnya.

–##–

Tentang Conservation International Indonesia

Conservation International (CI) menggunakan kombinasi inovatif antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan kemitraan untuk menjaga kelestarian alam yang penting bagi kehidupan manusia. Berdiri pada tahun 1987, CI bekerja di lebih dari 30 negara pada enam benua untuk mendukung sebuah planet yang sehat bagi semua kehidupan kita semua. Conservation International bekerja di Indonesia sejak tahun 1991, bermitra dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pemerintah Daerah, dan mitra terkait, mendukung upaya konservasi dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.conservation.org

Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi:

Abraham Sianipar, Elasmobranch Conservation Management Specialist

Conservation International Indonesia

asianipar@conservation.org