Menghijaukan wilayah panas di gurun dan wilayah kering di sepanjang pesisir pantai dengan jarak pagar (Jatropha curcas) bisa menjadi cara alternatif mitigasi perubahan iklim. Hal ini terungkap dalam hasil penelitian terbaru yang telah diterbitkan dalam jurnal Earth System Dynamics.
Empat peneliti dari University of Hohenheim, Stuttgart, Jerman menyimpulkan, jika dikembangkan dalam skala besar, perkebunan jarak pagar di lahan kering atau yang dikenal dengan istilah pertanian karbon (carbon farming) mampu menyerap emisi CO2 antara 17–25 ton per hektar dalam jangka waktu 20 tahun. Sistem ini sekaligus bisa menjadi solusi atasi pencemaran bahan bakar fosil.
Berdasarkan pengalaman budidaya pertanian selama ini, menurut tim peneliti, jarak pagar adalah tanaman yang terbukti mudah beradaptasi dalam lingkungan ekstrem, termasuk di wilayah gurun dan wilayah gersang di daerah pesisir. Hal ini adalah salah satu bentuk keajaiban tanaman yang tumbuh di lahan tandus.
Jarak pagar mampu berkembang sendiri atau dipadukan dengan tanaman lain yang sama-sama memiliki kebutuhan irigasi minimal di gurun pasir yang panas di mana hujan jarang sekali turun.
Tim peneliti menemukan, lahan untuk budi daya jarak pagar cukup tersedia. Lahan-lahan ini adalah lahan yang terbengkalai dan lahan kering. Menanam jarak pagar di lahan-lahan ini berarti membantu mengurangi emisi CO2 setidaknya dalam 2-3 dekade.
Biaya penyerapan emisi CO2 dengan sistem penanaman jarak pagar di lahan kering ini mencapai antara 42–63 euro ($56-84) per ton CO2. Hal tersebut menjadikan sistem pertanian karbon ini sama kompetitifnya dengan sistem penyimpanan dan penangkapan karbon (carbon capture storage, CCS) yang selama ini terus dikembangkan.
Manfaat lain, simulasi resolusi tinggi menunjukkan, perkebunan jarak pagar seluas 10.000 km2 bisa mengurangi suhu rata-rata dan meningkatkan curah hujan regional.
Di wilayah-wilayah kering ini, jarak pagar bisa terus bertumbuh dan menyerap emisi gas rumah kaca (GRK) – bersama dengan aksi-aksi penghijauan yang lain – hingga hutan dan tanaman di wilayah ini bersemi kembali.
Jarak pagar juga bisa menjadi bahan baku bahan bakar nabati. Sehingga negara-negara di padang pasir bisa beralih dari minyak sebagai sumber pendapatan mereka ke energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment