Alfa Romeo MiTo car sharing in Padova - PavaSabtu adalah hari keluarga. Tak terkecuali bagi Andi, profesional muda yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.

Hari itu, ia berencana membawa istri dan dua anaknya berekreasi di salah satu lokasi peristirahatan di Puncak.

Penginapan telah ia pesan. Namun mobil belum tersedia. Andi tak terburu-buru. Cukup dengan mengirim pesan singkat (sms) ke salah satu nomor layanan perusahaan penyewaan mobil, mobil pun siap untuk digunakan.

Alih-alih didatangi supir, Andi cukup datang ke lokasi penyewaan mobil terdekat bersama keluarga. Lokasi itu seperti tempat parkir. Di dalamnya terdapat berbagai model mobil mulai sedan hingga minibus. Semua mobil tersebut bersih dan baru.

Mobil yang ia pesan telah siap. Dengan menggunakan kartu pintar, Andi masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanannya ke Puncak bersama keluarga dengan nyaman. Semua dilakukan secara otomatis melalui layanan elektronik tanpa campur tangan manusia.

Cerita di atas tentu saja sebuah fiksi. Di Indonesia sistem penyewaan mobil dengan konsep car sharing (berbagi mobil) belum tersedia. Konsep berbagi mobil (car sharing) lebih menyasar pada konsumen individu, walau tidak menutup pada pasar korporat.

Memang sudah banyak sistem penyewaan mobil tradisional. Namun sistem sewa mobil tradisional masih rumit. Penyewa, terutama untuk konsumen individu, harus membayar di muka dan meninggalkan kartu identitas – yang tidak hanya meliputi KTP, namun juga kartu keluarga bahkan surat nikah!

Layanan sms, layanan online, fasilitas kartu pintar apalagi sistem pembayaran melalui kartu kredit belum tersedia untuk sistem “car sharing” tradisional ini.

Menengok ke negara maju, konsep berbagi mobil sudah sangat canggih. Konsep ini selalu menjadi bagian dari upaya membangun sistem transportasi kelas dunia yang efisien dan hijau.

Seperti cerita di atas, lokasi berbagi mobil (car sharing) dan pilihan mobil tersedia di berbagai tempat dengan menggunakan sistem elektronik. Sistem ini sudah teruji cepat, nyaman dan aman.

Masyarakat di negara maju sudah menikmati layanan ini sejak tahun 1990-an. Layanan ini bahkan menjadi layanan alternatif untuk jasa taksi bahkan pengganti mobil pribadi dengan kenyamanan prima dan harga yang terjangkau. Konsumen bisa menggunakan mobil dalam hitungan jam atau hari.

Menurut laporan terbaru Navigant Research, jumlah pengguna layanan berbagi mobil di seluruh dunia akan terus bertambah. “Program berbagi mobil menawarkan kenyamanan lebih dibanding mobil pribadi dan layanan penyewaan mobil tradisional,” ujar Lisa Jerram, analis senior di Navigant Research. “Layanan ini juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan dan emisi gas rumah kaca.”

Pertumbuhan pasar layanan berbagi mobil ini menurut Navigant masih terkendala persepsi bahwa memiliki mobil adalah simbol status, sukses, privasi dan kebebasan. Namun persepsi itu pelan tapi pasti mulai terkikis. Terutama setelah pemilik mobil pribadi banyak menghadapi masalah mulai dari biaya perawatan mobil, harga bahan bakar yang terus naik serta polusi dan kemacetan yang semakin parah.

Hal ini terbukti dari laporan Navigant berjudul “Carsharing Programs” yang menyatakan bahwa pengguna layanan berbagi mobil akan naik dari hanya 2,3 juta tahun ini menjadi lebih dari 12 juta pada 2020.

Yang lebih penting lagi, pertumbuhan ini, menurut Navigant, juga didukung oleh tingkat profitabilitas yang tinggi yang dinikmati perusahaan penyedia layanan berbagi mobil ini, sehingga keberlangsungan bisnis akan tetap terjaga. Selalu ada alternatif menuju terwujudnya sistem transportasi ramah lingkungan. Dunia kini mengarah ke sana.

Redaksi Hijauku.com