Hewan ternak menyumbang pemanasan global dengan memroduksi emisi gas rumah kaca melalui kotoran mereka. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal PLos ONE menyebutkan, kumbang bisa menjadi solusi masalah lingkungan ini.
Pertanian dan peternakan adalah salah satu industri yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Industri peternakan menghasilkan metana, emisi gas rumah kaca yang lebih kuat efeknya dari CO2. Sebagian besar gas ini dikeluarkan bersama dengan kotoran hewan. Tim peneliti dari University of Helsinki menemukan, kumbang yang hidup dalam kotoran hewan bisa mengurangi emisi metana ini.
Kotoran hewan adalah makanan utama sejumlah organisme. Menurut Atte Penttilä, salah seorang peneliti, jumlah spesies kumbang yang hidup dalam kotoran hewan tak kalah dengan jumlah spesies burung di muka bumi. Dan sebagian besar kumbang kotoran yang ada di Eropa Utara hidup di dalam kotoran hewan.
Saat kumbang mengaduk-aduk kotoran hewan ini, peneliti menemukan mereka menambahkan oksigen dalam kotoran. Gas rumah kaca metana hanya tercipta dalam kondisi anaerobik atau tanpa udara. Dengan menambahkan udara dalam kotoran hewan, jumlah metana yang diproduksi dari kotoran hewan akan jauh berkurang.
Menurut Eleanor Slade, ilmuwan yang turut menyusun laporan ini di Helsinki dan Oxford menyatakan, penemuan ini memberikan harapan sekaligus tantangan bagi bumi. Harapannya adalah, bumi memiliki proses alami dalam mengurangi emisi metana.
Yang menjadi masalah adalah, jika kita tidak bisa mengurangi konsumsi daging, sementara jumlah spesies kumbang di bumi terus berkurang akibat kerusakan lingkungan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Jika hal itu terjadi, jumlah emisi gas rumah kaca – penyebab perubahan iklim dan pemanasan global – dari industri peternakan akan terus naik karena tiada lagi sistem alami yang membantu menguranginya.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment