Dunia perlu mengurangi polusi merkuri secara signifikan guna mencegah bahan berbahaya ini mencemari lingkungan hingga berpuluh tahun bahkan beribu tahun lamanya.

Bukti “warisan” pencemaran merkuri ribuan tahun lalu ini terungkap dalam laporan tim peneliti dari Harvard University yang dirilis Senin (8/7).

Upaya pengurangan emisi merkuri dalam jumlah besar ini diperlukan guna menyetabilkan tingkat racun merkuri yang ada di lingkungan sekitar saat ini. Racun merkuri bisa ditemukan di tanah, air dan udara warisan dari periode ribuan tahun yang lalu. Racun ini akan terus ada dan terakumulasi dalam samudra selama puluhan tahun bahkan berabad lamanya.

“Lebih mudah membicarakan daripada menyelesaikan masalah polusi merkuri ini. Kami menyarakan pemangkasan polusi merkuri secara agresif, lebih cepat lebih baik,” ujar Helen Amos, yang memimpin penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Global Biogeochemical Cycles ini.

Amos adalah anggota Atmospheric Chemistry Modeling Group di Harvard School of Engineering and Applied Sciences (SEAS), yang bersama dengan ilmuwan dan peneliti lain, telah mengumpulkan data-data historis terkait emisi merkuri sejak 2000 SM. Tim ini menciptakan model siklus merkuri baru di lingkungan yang menunjukkan interaksi antara polusi merkuri di udara, samudra dan tanah.

Dari siklus ini terungkap, sebagian besar merkuri yang dilepas ke lingkungan, berakhir di lautan selama beberapa dekade dan tetap di sana hingga ribuan tahun lamanya. Saat ini emisi merkuri kebanyakan berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan pertambangan emas skala kecil (artisanal gold mining).

Setelah terlepas ke udara, polusi merkuri dibawa oleh hujan masuk ke danau, diserap oleh tanah atau dibawa oleh aliran sungai sebelum berakhir di laut. Dalam ekosistem perairan, mikroba akan mengubah polusi merkuri tersebut menjadi metilmerkuri, bahan organik yang bisa masuk dalam tubuh ikan yang akan berakhir di meja makan. Polusi merkuri berbahaya bagi kesehatan karena menimbulkan gangguan syaraf dan peredaran darah.

Sebelumnya, banyak yang berpendapat polusi merkuri baru dimulai sejak masa Revolusi Industri. Tim peneliti menemukan, manusia telah mencemari alam dengan merkuri sejak ribuan tahun yang lalu. Dari penelitian sebelumnya terungkap, polusi merkuri ditemukan di lahan gambut di Eropa dan dalam lapisan sedimen di dasar danau Amerika Selatan.

Masyarakat Yunani dan China telah menggunakan merkuri sebagai pigmen atau zat pewarna dalam tembikar maupun perhiasan yang ditemukan dalam makam-makam kuno yang berumur hingga 2000 SM. Bangsa Siria telah menggunakan merkuri sejak 1900 SM. Dan pada 1570 M, penjajah Spanyol di Amerika Tengah dan Selatan menggunakan merkuri dalam pertambangan perak. Merkuri juga dipakai dalam pertambangan emas di California, 300 tahun setelah itu.

Lingkungan juga melepas merkuri melalui letusan vulkanik, namun model yang dikembangkan tim dari Harvard menunjukkan, manusia adalah penyebab utama pencemaran merkuri di atmosfer, tanah dan lautan. “Secara ideal pencemaran merkuri seharusnya langsung diserap oleh lingkungan, namun yang terjadi, pencemaran ini menumpuk dari satu penampungan ke penampungan yang lain,” ujar peneliti senior Elsie M. Sunderland di Harvard SEAS. “Ini berarti pencemaran merkuri ini terus berputar di lingkungan sekitar, terus ada dan menimbulkan implikasi biologis yang lebih panjang dari yang kita perkirakan.”

“Saat ini lebih dari separuh emisi merkuri berasal dari Asia. Namun menurut sejarah, Amerika Serikat dan Eropa adalah penghasil emisi utama,” ujar Daniel J. Jacob, profesor dan peneliti senior dari Harvard SEAS. “Kami menemukan separuh dari polusi merkuri yang kami temukan saat ini di dasar laut berasal pencemaran sebelum tahun 1950, yang berasal dari Amerika Serikat dan Eropa, setara dengan jumlah polusi yang dihasilkan saat ini dari Asia.”

Sebanyak 60% polusi merkuri di udara saat ini adalah polusi warisan yang dihasilkan oleh manusia pada masa lalu dan terus berputar di atmosfer. Hanya 13% dari polusi merkuri ini yang berasal dari alam. Sisanya, 27% berasal dari kegiatan manusia. Setidaknya separuh dari emisi merkuri hasil kegiatan manusia dihasilkan sebelum tahun 1950.

Tim peneliti juga menyebutkan, biaya untuk menanggulangi pencemaran merkuri ini telah mencapai lebih dari $15 miliar di Eropa dan Amerika saja. Saatnya beraksi kurangi emisi merkuri. Mari beralih ke energi yang lebih bersih.

Redaksi Hijauku.com