Mencairnya es di bawah permukaan air laut menjadi penyebab utama hilangnya massa es di benua Antartika. Pemicunya adalah kenaikan suhu air laut yang dipicu oleh pemanasan global dan perubahan iklim. Fenomena ini terungkap dari hasil penelitian tim NASA dibantu oleh tim peneliti dari berbagai universitas yang dirilis Kamis (13/6).

Penelitian ini adalah survei komprehensif pertama terkait lapisan es di Antartika. Tim peneliti menemukan, proses mencairnya es dari bawah lapisan es (basal melt) menyumbang 55% berkurangnya massa es di Antartika antara tahun 2003 hingga tahun 2008. Angka ini lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Benua Antartika menyimpan 60% air tawar bumi yang terkunci dalam bentuk lapisan es yang sangat luas. Lapisan es ini juga yang menyokong sungai-sungai es di sekitarnya, mengatur kecepatan aliran sungai es ke samudra.

Mengetahui bagaimana lapisan es ini mencair membantu ilmuwan meramalkan dampak kenaikan suhu yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut di benua ini. Hasil penelitian ini juga akan membantu memahami model sirkulasi air laut sehingga memermudah meramalkan kenaikan volume air di wilayah pesisir Antartika.

Tim peneliti membaca ketebalan lapisan es dengan bantuan satelit dan melalui pengamatan udara. Tim juga merekonstruksi bagaimana es terakumulasi. “Menurut teori tradisional, hilangnya massa es di Antartika dipicu oleh runtuhnya gunung es,” ujar Eric Rignot dari Jet Propulsion Laboratory, laboratorium milik NASA di Pasadena, California. “Penelitian kami mengungkapkan, mencairnya es dari bawah permukaan air laut berperan lebih besar. Hal ini mengubah pandangan kita mengenai evolusi lapisan es di bumi yang makin hangat.”

Massa es yang hilang melalui proses pencairan es di bawah permukaan laut (basal melt) mencapai 1.325 triliun kilogram es per tahun pada periode 2003-2008. Sementara massa es yang hilang akibat perubahan formasi es mencapai 1.089 triliun kilogram per tahun pada periode yang sama. “Di sejumlah tempat di sekitar Antartika, lapisan es mencair lebih cepat sehingga tidak hanya sungai-sungai es yang berubah, seluruh benua Antartika juga berubah,” ujar Rignot.

Redaksi Hijauku.com