Negara-negara anggota UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) kembali bertemu di Bonn, Jerman, hari ini, Senin, (29/4) guna memulai perundingan perubahan iklim.

Mereka akan mendiskusikan berbagai opsi menuju terciptanya kesepakatan global pada 2015 yang akan mendorong aksi mengatasi krisis pemanasan global dan iklim.

Pertemuan ini menjadi semakin penting seiring dengan terungkapnya data harian konsentrasi emisi CO2 baru yang diukur di Mauna Loa Observatory di Hawaii yang telah mencapai 399,72 PPM (parts per million).

“Konsentrasi emisi CO2 sebentar lagi akan melampaui batas 400 PPM, pertemuan ini harus semakin memerkuat komitmen kita untuk mencapai tenggat yang telah ditetapkan oleh Conference of the Parties,” ujar Christiana Figueres, Sekretaris Eksekutif UNFCCC.

Dalam konferensi perubahan iklim di Doha tahun lalu (COP18), pemerintah dari berbagai negara sepakat untuk menghasilkan kesepakatan global baru pada 2015 sebagai pengganti Protokol Kyoto. Mereka juga berkomitmen untuk meningkatkan aksi menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celsius, jauh sebelum kesepakatan baru mulai diterapkan pada 2020.

Delegasi juga akan membahas aksi iklim yang efektif meliputi legislasi perubahan iklim, sistem perdagangan emisi dan bagaimana memercepat peralihan ke energi terbarukan yang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca dan menerjemahkan semua kebijakan itu dalam aksi yang nyata .

UNFCCC saat ini beranggotakan 195 negara dan menjadi landasan teciptanya Protokol Kyoto pada 1997. Protocol Kyoto telah diratifikasi oleh 192 negara namun gagal mencapai target pengurangan emisi yang telah disepakati bersama akibat tarik ulur kepentingan antara negara maju, terutama diwakili oleh Amerika Serikat dan negara berkembang, dalam hal ini diwakili oleh China. Laporan Hijauku.com mengenai COP18 bisa dibaca di sini: COP18.

Redaksi Hijauku.com