Listrik masih menjadi barang mewah bagi 1,3 miliar penduduk dunia. Memberikan akses atas energi bersih membantu pembangunan ekonomi sekaligus atasi krisis perubahan iklim.

Kesimpulan ini terungkap dari berita Program Lingkungan PBB (UNEP) yang dirilis Rabu (20/2). Menurut hasil penelitian UNEP, mengganti lampu minyak, lilin dan lampu senter dengan lampu berenergi terbarukan, bisa menjadi solusi hemat biaya guna mengurangi emisi karbon, polusi dalam ruang dan risiko kesehatan. Peralihan ke energi terbarukan juga akan menciptakan lapangan kerja hijau baru.

UNEP juga meluncurkan kerja sama strategis baru untuk menfasilitasi peralihan ke energi yang efisien di luar jaringan (off-grid) yang diharapkan mampu mengurangi emisi CO2 sebesar 74 juta ton per tahun dari penggunaan lampu berbahan bakar minyak yang biasa dipakai di negara-negara berkembang.

Penelitian UNEP di Kenya mengungkapkan, jika penduduk di negara tersebut mengganti semua penerangan berbahan bakar minyak dengan lampu LED tenaga surya, Kenya akan mampu menutup biaya pengadaan lampu hemat energi tersebut hanya dalam waktu 7 bulan yang berasal dari sisi penghematan energi. Penduduk Kenya saat ini menghabiskan US$900 juta per tahun untuk membiayai penerangan di luar jaringan (off-grid lighting) berbahan bakar minyak yang bertanggung jawab atas lebih dari 2,3 juta ton emisi karbon dioksida (CO2) per tahun.

“Mengganti 670 juta lampu berbahan bakar minyak yang digunakan dunia saat ini dengan lampu yang lebih bersih dan aman bertenaga matahari akan membawa banyak manfaat mulai dari pengurangan emisi, pengurangan risiko kesehatan akibat polusi dalam ruang, mendukung perkembangan teknologi hijau dan menciptakan lapangan kerja hijau baru,” ujar Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP.

UNEP akan bekerja sama dengan 50 negara berkembang dan sejumlah perusahaan untuk mengganti lampu-lampu yang tidak ramah kesehatan dan lingkungan ini. Setiap tahun, 25 miliar liter minyak tanah terbuang untuk penerangan di negara berkembang dengan total biaya mencapai $23 miliar per tahun. Jika subsidi BBM masuk dalam perhitungan, menurut UNEP, biaya ini akan melonjak lebih tinggi lagi.

Contoh lain dalam laporan UNEP adalah Nigeria yang akan mampu menghemat biaya hingga $1,4 miliar per tahun jika mereka mengganti semua lampu berbahan bakar minyak, lilin dan baterai yang dipakai untuk penerangan penduduk sehari-hari dengan lampu ramah lingkungan. Peralihan ke penerangan hijau ini juga akan mengurangi penggunaan minyak mentah hingga 17,3 juta barel per tahun.

Selain menghemat biaya dan mengurangi emisi, peralihan ke lampu berenergi bersih juga bisa mengurangi limbah atau sampah yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.

Indonesia

Menurut sumber resmi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, kapasitas terpasang listrik Indonesia saat ini telah mencapai 31.930 Mega Watt (MW), yang dihasilkan dari 4.991 unit pembangkit listrik di Tanah Air. Sama seperti analisis UNEP, menurut kantor Kementrian ESDM, listrik tidak hanya digunakan sebagai penerangan atau lampu namun juga sangat vital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, jumlah pelanggan listrik nasional mencapai 48.659.667, dengan pelanggan terbesar adalah rumah tangga sebanyak 45.152.244 pelanggan. Dari data tersebut terungkap rasio elektrifikasi Indonesia baru mencapai 71%. Hal ini berarti, masih ada 29% dari total jumlah penduduk Indonesia yang belum menikmati akses atas listrik.

Pemerintah menurut Kementrian ESDM terus berupaya menjawab tantangan ini. Selain Perusahaan Listrik Negara – yang mengoperasikan jaringan listrik di seluruh wilayah Indonesia – menurut Undang-Undang Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009, pemerintah daerah melalui badan usaha milik daerah juga berkewajiban menyediakan sumber energi ini.

Upaya terobosan yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan lampu SEHEN (super ekstra hemat energi) kepada pelanggan di daerah terpencil yang sangat sulit dijangkau oleh jaringan listrik.

SEHEN memanfaatkan energi matahari dengan perangkat yang terdiri dari satu panel surya dan tiga titik lampu. Satu unit lampu SEHEN bisa digunakan oleh satu keluarga. Saat ini sudah ada sekitar 105 ribu unit lampu SEHEN yang telah dibagikan ke keluarga di wilayah Indonesia timur.

Data kementrian ESDM menyebutkan, pertumbuhan kebutuhan energi listrik nasional mencapai rata-rata 10,1% per tahun dengan rincian 8,6% untuk Jawa dan Bali serta 13,5% untuk luar Jawa dan Bali. Tahun lalu, kebutuhan energi listrik nasional mencapai 171 terawatt hour (TWh). Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 1.075 TWh pada tahun 2031. Guna memenuhi kebutuhan ini, diperlukan tambahan daya nasional sekitar 237.020 MW pada 2031.

Menjawab tantangan ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM), Jero Wacik, menyatakan, Indonesia akan mengandalkan pengembangan energi baru dan terbarukan untuk mengamankan pasokan energi listrik nasional pada 2031. “Salah satu ambisi saya adalah energi baru terbarukan. Inilah yang bisa menyelamatkan bangsa pada masa depan di bidang energi,” tuturnya sebagaimana dikutip dalam berita Kementrian ESDM.

Menurut Jero, sejak merdeka hampir enam puluh delapan tahun lalu, pasokan listrik yang bisa dinikmati rakyat Indonesia baru mencapai 48.000 Megawatt (MW). Padahal sektor energi baru terbarukan, seperti energi panas bumi, menurut Jero, memiliki potensi energi sebesar 30.000 MW. Hal ini masih ditambah potensi energi air yang mencapai 75.000 MW serta energi matahari dan biomassa sekitar 35.000 MW. “Kalau tiga (jenis energi terbarukan) ini saja kita kerjakan dengan skala yang masif, rasanya (pasokan energi Indonesia) akan aman sampai dua generasi mendatang,” pungkas Jero.

Sepanjang tahun 2012, sektor energi baru terbarukan berhasil meningkatkan kapasitas sebesar 304,68 MW, yang berasal dari energi panas bumi (115 MW), mikrohidro (163,68 MW), tenaga surya (5 MW, sebesar 3 MW tersambung dengan jaringan PLN) dan bioenergi (21 MW).

Guna mendorong pengusahaan listrik on-grid dari energi baru dan terbarukan, kementrian ESDM telah menerbitkan Permen ESDM No. 22/2012 tanggal 16 Agustus 2012 yang mengatur tentang harga jual listrik (feed-in tariff) panas bumi sebesar US$10–18,5 sen per kWh dan Permen ESDM No. 4/2012 tanggal 31 Januari 2012 yang mengatur tentang harga jual listrik biogas, biomassa dan sampah kota sebesar Rp850–1.050 per kWh.

Saat ini, pemerintah sedang menyempurnakan Permen ESDM tentang harga jual listrik tenaga surya sebesar $25–30 sen per kWh dan revisi harga jual listrik tenaga sampah di perkotaan menjadi Rp1.250–1.450 per kWh. Keduanya telah melalui konsultasi publik dan pembahasan dengan PLN.

Redaksi Hijauku.com