Kota-kota dunia bisa mengurangi emisi hingga 70% dan berperan efektif atasi perubahan iklim. Yang diperlukan hanyalah konsistensi kebijakan praktis. Kesimpulan ini terungkap dalam laporan yang diterbitkan di Canadian Journal of Civil Engineering, Kamis (7/2).

Laporan berjudul “A low carbon infrastructure plan for Toronto, Canada” ini disusun oleh Profesor Chris Kennedy dari University of Toronto, Kanada dan peneliti perubahan iklim Bank Dunia, Lorraine Sugar. Menurut kedua peneliti, kota-kota dunia bisa membuat perubahan positif (untuk mengurangi emisi dan memerlambat perubahan iklim) jika mereka menerapkan kebijakan realistis yang mampu untuk diwujudkan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan, kota-kota dunia secara teknis bisa mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 70% – bahkan lebih – dalam jangka panjang. “Pengurangan emisi di perkotaan adalah aspirasi global agar dunia terhindar dari dampak serius perubahan iklim,” ujar Profesor Kennedy.

Menurut kedua peneliti, saat ini, lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di perkotaan. Kota-kota dunia menghasilkan lebih dari 70% emisi gas rumah kaca global. “Kota adalah tempat tinggal penduduk dunia dan pusat aktivitas ekonomi,” ujar Sugar. “Aksi lokal di perkotaan akan berdampak global. Diperlukan aksi yang masif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk menekan kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius.”

Kebijakan praktis yang diusulkan oleh tim peneliti berfokus pada bangunan, pasokan energi dan sistem transportasi. Mereka mengambil contoh kebijakan di kota Toronto, Kanada.

Dengan kebijakan yang ada saat ini, terutama dengan peralihan ke sumber energi bersih, emisi gas rumah kaca per kapita di Toronto bisa dikurangi hingga 30% dalam 20 tahun ke depan. Untuk mencapai target 70%, perlu ada pembaharuan pada sistem pendingin dan pemanas bangunan dengan beralih ke energi terbarukan. Peralihan ke listrik dan transportasi yang rendah emisi juga harus terus diprioritaskan.

Menurut Profesor Kennedy, kendala terbesar adalah mengganti atau memerbaharui gedung-gedung yang sudah tidak efisien penggunaan energinya. “Gedung memiliki masa pakai hingga puluhan tahun. Mengganti atau memerbaiki gedung menjadi gedung yang lebih efisien perlu waktu,” tuturnya. Namun kedua peneliti yakin, jika kebijakan praktis ini dilakukan secara konsisten, pengurangan emisi gas rumah kaca akan terwujud.

Redaksi Hijauku.com