Enam negara baru bergabung dalam Koalisi Iklim dan Udara Bersih (KIUB), sebuah inisiatif sukarela untuk mengurangi polutan jangka pendek penyebab pemanasan global.

Hal ini terungkap dalam siaran pers Program Lingkungan PBB yang dirilis dari Doha (Qatar), 6 Desember 2012.

Keenam negara yang bergabung adalah Chile, Republik Dominika, Ethiopia, Maladewa, Belanda dan Korea Selatan. Sebanyak 25 tercatat sudah bergabung dalam koalisi yang diinisiatori oleh enam negara dipimpin oleh Amerika Serikat ini.

Secara keseluruhan terdapat 50 negara dan lembaga yang terlibat dalam aksi internasional yang ingin secara cepat mengurangi karbon hitam, metana, beberapa jenis HFC (hidrofluorokarbon), dan polutan-polutan jangka pendek yang lain.

Aksi cepat untuk mengurangi karbon hitam dan metana memiliki potensi memerlambat kenaikan suhu bumi hingga 0,5 derajat Celcius pada 2050, mengurangi jumlah kematian yang disebabkan oleh polusi sebanyak 2,4 juta jiwa dan mencegah hilangnya panen hingga 30 juta ton per tahun.

Hasil kajian ilmiah menunjukkan, aksi pengurangan emisi ini membawa manfaat jangka pendek yang lebih besar bagi wilayah Arktika dan pegunungan yang masih tertutup es.

Walaupun emisi HFC saat ini hanya menyumbang kurang dari 1% gas rumah kaca, namun dampaknya terhadap pemanasan global sangat besar. Jika tidak dikontrol, jumlah emisi HFC akan melonjak menjadi 7-19% emisi setara CO2 pada 2050.

Koalisi Iklim dan Udara Bersih ini dibentuk pertama kali pada bulan Februari tahun ini. Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP menyatakan, “Aksi cepat untuk mengurangi polutan jangka pendek penyebab perubahan iklim bukanlah pengganti namun pelengkap dari upaya pengurangan emisi negara-negara di bawah UNFCCC.”

Semua aksi tersebut menurut Stenier dilakukan guna memastikan kenaikan suhu bumi bisa dicegah di bawah 2 derajat Celcius.

Redaksi Hijauku.com