Piala Dunia Brasil akan berlangsung dua tahun lagi. Namun upaya menghijaukan pesta sepak bola sejagat ini sudah dimulai. Hal ini terungkap dari laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) dan Organisasi Sepak Bola Dunia (FIFA) yang dirilis Selasa (9/10).

Piala Dunia Brasil 2014 akan belajar banyak dari kesuksesan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Piala Dunia 2010 berhasil mengurangi jejak karbon hingga 40% dari angka yang diperkirakan. Panitia penyelenggara juga berhasil mengurangi sampah dan menghemat air.

Laporan independen yang mengulas jejak karbon di Piala Dunia 2010 menyatakan, emisi karbon yang dihasilkan selama penyelenggaraan Piala Dunia 2010 mencapai 1,65 juta ton emisi setara CO2 atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 2,64 juta ton.

Keberhasilan ini tercapai selain karena jumlah pengunjung yang lebih sedikit juga karena tersedianya sistem dan fasilitas transportasi baru yang ramah lingkungan dan stadion yang efisien yang mampu menghemat energi hingga 30%. Hal ini masih dibantu dengan pasokan listrik yang bersumber dari teknologi dan energi terbarukan.

Stadion Moses Mabhida di Durban misalnya, memasang sistem penerangan pintar yang mampu menghemat energi hingga 30%. Sementara Stadion Green Point di Cape Town menciptakan sistem ventilasi alami guna menghemat pemakaian energi.

Kota Cape Town juga mengganti semua lampu jalanan dan lampu lalu lintas dengan lampu LED yang rendah emisi. Sementara kota Durban menanam 104.000 pohon dan beralih ke pembangkit listrik terbarukan yaitu PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dan biogas guna menebus emisi karbon kota tersebut yang mencapai 307.000 ton setara CO2.

Di Johannesburg, pemerintah kota membangun jaringan Bus Rapid Transport (seperti busway di Jakarta) sepanjang 94 km. Sementara kota dan wilayah lain seperti Nelson Mandela Bay, Mbombela, Polokwane, Mangaung dan Rustenburg menciptakan jalur sepeda, jalur pejalan kaki serta transportasi publik yang ramah lingkungan. Semuanya berkontribusi besar dalam memangkas jejak karbon di pesta akbar ini.

Stadion Moses Mabhida menggunakan teknologi hemat air, mengolah serta menyimpan air hujan ke dalam ruang di dalam tanah seluas 700m2 sehingga mampu menghemat kebutuhan air minum hingga 74%. Sementara Stadion Green Point berhasil menghemat air sebesar 10%.

Kota Durban juga berhasil mendaur ulang 200 ton sampah yang dihasilkan sepanjang perlombaan, melampaui target daur ulang yang sebesar 4%. Sebanyak 95% sampah hasil penghancuran stadion lama digunakan untuk membangun Stadion Green Point di Cape Town. Sementara di Stadion Moses Mabhida, sebanyak 400 ton baja dan 400 ton bahan bangunan dipakai untuk membangun stadion baru dan proyek-proyek lain.

Semua ini dirancang oleh UNEP bekerja sama dengan pemerintah Afrika Selatan melalui proyek Green Goal 2010. Semua inisiatif di atas akan diterapkan dan ditingkatkan dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2014 di Brasil sehingga tercipta Piala Dunia yang benar-benar ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Redaksi Hijauku.com