Laporan terbaru dari Worldwatch Institute mengungkapkan subsidi bagi energi terbarukan terus meningkat. Total subsidi bagi energi terbarukan mencapai angka US$66 miliar pada 2010. Namun angka subsidi ini masih kalah jauh bila dibandingkan subsidi bahan bakar fosil yang diperkirakan mencapai US$775 miliar hingga lebih dari US$1 triliun pada 2012.

Dalam berita yang dirilis Senin (20/8), para peneliti dalam tim perubahan iklim dan energi Worldwatch Institute menyatakan, walau subsidi total bagi energi terbarukan kalah jauh dibanding subsidi bahan bakar fosil, namun subsidi per kWh (kilowatt-hour) lebih tinggi jika faktor eksternal tidak diperhitungkan.

Perkiraan ini didasarkan atas data produksi energi tahun 2009 dimana subsidi energi terbarukan mencapai 1,7¢ hingga 15¢ per kilowatt-hour (kWh), sementara subsidi bahan bakar fosil sebesar 0,1–0,7¢ per kWh.

Biaya subsidi energi terbarukan diperkirakan akan terus turun saat teknologi energi terbarukan semakin efisien dan tarif listrik serta harga bahan bakar untuk kendaraan bermotor naik.

Produksi dan konsumsi bahan bakar fosil membawa dampak negatif bagi kesehatan, lingkungan dan sumber daya alam. National Academy of Sciences memerkirakan, kerugian dari subsidi bahan bakar fosil terhadap lingkungan (akibat polusi) dan kesehatan di Amerika Serikat mencapai US$120 miliar setiap tahun. Namun kerugian ini tidak dihitung dalam penentuan harga bahan bakar fosil.

Untuk itu, mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan sangat penting guna membersihkan (decarbonizing) sistem energi global. Peralihan ini akan mampu menciptakan tiga keuntungan sekaligus yaitu mengurangi emisi gas rumah kaca, memicu pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan mengurangi ketergantungan atas energi impor.

Dalam laporan ini juga disebutkan, total subsidi untuk produksi energi global mencapai sekitar US$100 miliar per tahun sementara subsidi untuk konsumsi energi mencapai US$675 miliar. Pada 2010, negara berkembang menghabiskan sekitar US$193 miliar atau 47% subsidi konsumsi energi untuk minyak. Sementara negara maju menghabiskan sekitar US$28 miliar. Sejak 2007, sekitar 80% subsidi untuk konsumsi energi ada di negara-negara pengekspor bahan bakar fossil.

Redaksi Hijauku.com