Penelitian terbaru dari Economic and Social Research Council (ESRC) mengungkapkan perkembangan budaya bersepeda di Inggris.

Di sejumlah kota di Inggris, bersepeda dianggap sebagai alat transportasi yang sudah bagian dari budaya masyarakat lokal. Sementara di wilayah lain, aktivitas ini baru dimulai dan menjadi gaya hidup yang diminati masyarakat.

Hal ini terungkap dari hasil penelitian Economic and Social Research Council (ESRC) yang diterbitkan minggu lalu (Selasa, 19/6). “Kami meneliti budaya bersepeda di Inggris, dan faktor lokal maupun nasional apa yang mendukung dan menghambat perkembangannya,” ujar Dr Rachel Aldred dari University of East London.

Proyek ini meneliti perilaku bersepeda di empat wilayah Inggris yaitu – Bristol, Cambridge, Hull, dan Hackney di London. Fakta yang muncul berbeda di masing-masing wilayah.

Keempat kota ini dipilih karena frekuensi bersepeda ke kantor masyarakatnya dua kali lipat di atas rata-rata nasional yang hanya 2,8%. Namun frekuensi bersepeda di Inggris masih terbilang rendah dibanding negara-negara Eropa lain. Seperti contoh di Jerman, 10% perjalanan di negara Bavaria tersebut dilakukan dengan bersepeda. Sementara prilaku bersepeda di Belanda lebih tinggi lagi, mencapai 25%.

“Walaupun belum menjadi budaya nasional, aktivitas bersepeda sudah menjadi budaya lokal di beberapa kota sejak dulu. Sementara di kota lain, aktivitas ini masih tergolong baru,” Yhar Dr Aldred.

Menurut ESRC, budaya bersepeda sudah mengakar di Hull maupun Cambridge. Di kedua kota ini, bersepeda sudah menjadi aktivitas sehari-hari dan dianggap sebagai pilihan yang paling masuk akal selain karena pada masa lalu mereka tidak memiliki pilihan lain.

Di Cambridge, bersepeda sudah dianggap sebagai sesuatu yang “normal/biasa”. Warga berbagai usia sudah melakukan aktivitas ini. Sementara di Hull, aktivitas bersepeda terkait dengan sejarah kondisi ekonomi penduduk kota pada masa lalu yang tak mampu membeli mobil.

Fenomena ini sangat berbeda dengan di Bristol dan Hackney dimana bersepeda masih menjadi aktivitas yang baru.

Bristol memiliki agenda festival dan parade bersepeda. Sementara aktivitas bersepeda di Hackney tumbuh paling pesat di antara wilayah London yang lain dalam sepuluh tahun terakhir. Di kedua kota ini, aktivitas bersepeda lebih dianggap sebagai “fashion”, sebuah budaya baru yang muncul dengan bantuan berbagai macam even bersepeda yang menarik. “Di sini, bersepeda menjadi sesuatu yang keren,” ujar salah satu penduduk Hackney sebagaimana dikutip dari hasil penelitian ini.

Penelitian ini juga mengungkap perbedaan cara masyarakat merawat sepeda mereka. Di Bristol dan Hackney, terdapat bengkel sepeda milik komunitas. Setiap orang bisa menggunakan fasilitas ini secara gratis. Sementara di Hull, masyarakat belajar cara merawat sepedanya dari generasi ke generasi.

Masalah pakaian yang digunakan saat bersepeda pun unik. “Di Bristol, pesepeda banyak memakai pakaian ketat dan helm sementara di Cambridge lebih santai”, ujar Dr Aldred. “Terlalu khawatir mengenai pakaian apa yang dipakai saat berrsepeda bisa menghambat aktivitas ini.”

Di antara penemuan-penemuan menarik di atas, ada satu masalah yang dialami di semua kota yang diteliti. Yaitu masalah pencurian sepeda. “Sebagian besar responden pernah mengalami peristiwa ini,” ujar Dr Aldred. “Dalam masyarakat yang mobilitasnya super sibuk, bangun pagi dan mengetahui sepeda Anda hilang, bisa sangat menjengkelkan,” ujarnya.

Untuk mencegah sepeda dicuri, banyak yang kemudian membeli sepeda baru beserta gemboknya. Namun ada juga yang membiarkan sepeda mereka terbengkalai, tidak terawat sehingga tidak menarik untuk dicuri.

Dr Aldred mengungkapkan, banyak pesepeda di Inggris yang tidak suka repot memakai dan membawa alat untuk menjamin keselamatan diri mereka beserta sepedanya. Aldred membandingkannya dengan pengendara mobil. “Tentu akan sangat menjengkelkan bagi pengendara mobil jika harus membawa lampu dan gembok ke mana-mana saat mobil mereka diparkir,” tuturnya.

Penelitian ini juga mengungkapkan peran pesepeda memopulerkan aktivitas ramah lingkungan dan sehat ini. “Penduduk lokal sangat membantu memopulerkan aktivitas bersepeda dengan berbagai cara. Seperti meminjamkan sepeda mereka ke teman dan menunjukkan rute yang bagus ke tempat kerja,” ujar Dr Aldred.

Hal ini bisa membantu menjadikan aktivitas bersepeda sebagai prioritas strategis nasional. “Dengan bantuan masyarakat, jaringan bersepeda akan semakin berkembang dan melampaui batas-batas wilayah lokal,” tuturnya. Bagaimana dengan di Indonesia?

Redaksi Hijauku.com