Hobi mengamati burung di alam bebas (bird watching) membuka peluang ekonomi bagi industri ekowisata.

Hal ini disampaikan oleh Convention on the Conservation of Migratory Species of Wild Animals (CMS), lembaga lingkungan PBB yang bermarkas di New York, dalam siaran pers yang diterima Hijauku.com kemarin (10/5).

Elizabeth Maruma Mrema, Wakil Sekretaris Eksekutif CMS menyatakan, hobi mengamati burung di alam bebas adalah hobi yang banyak diminati di seluruh dunia. Negara harus mendukung industri pariwisata yang tengah tumbuh ini.

“Hobi mengamati burung di alam bebas memiliki peran penting mendukung pertumbuhan industri pariwisata dan memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung bagi banyak negara dan komunitas, tidak terkecuali di negara berkembang,” ujar Elizabeth.

Dunia akan merayakan Hari Burung Migrasi Sedunia (World Migratory Bird Day) pada tanggal 12-13 Mei. Hari Burung Migrasi ini diperingati sejak tahun 2006 dan kini telah menjadi acara tahunan yang diselenggarakan oleh CMS dan African-Eurasian Migratory Waterbird Agreement (AEWA) – dua lembaga di bawah Program Lingkungan PBB (UNEP).

Dalam siaran pers-nya, UNEP menyatakan, dana yang dikeluarkan oleh penduduk dunia untuk menikmati industri ekowisata naik enam kali lipat di atas rata-rata pertumbuhan industri wisata secara umum. Data ini juga menggarisbawahi manfaat ekonomi dari hobi mengamati burung ini.

Di Amerika Serikat, contohnya, sebuah survei yang dilakukan pemerintah menemukan manfaat ekonomi dari wisata mengamati burung dan hewan liar lain dengan nilai mencapai US$32 miliar. Nilai ini setara dengan produk domestik bruto Kosta Rika, yang menjadi tujuan wisata favorit para pengamat burung dari AS .

Di Skotlandia, Royal Society for the Protection of Birds menyebutkan, para turis mengeluarkan dana antara US$8-12 juta per tahun hanya untuk melihat Elang berekor putih (White-tailed Eagles) di wilayah ini. Industri wisata alam liar menyumbang 4% lapangan kerja di Skotlandia.

Di Indonesia, potensi pengembangan ekowisata, mengamati burung di alam bebas, sangat besar. Indonesia memiliki lebih dari 1.594 spesies burung dan menjadi negara kelima dengan spesies burung terbanyak di dunia.

Indonesia juga memiliki spesies burung eksotis dan langka seperti burung Cendrawasih di Papua, Elang Jawa, burung Jalak Bali dsb. Saat ini dunia memiliki 10.000 jenis burung yang terus berkembang biak.

Hari Burung Migrasi Sedunia selain berupaya mengangkat potensi ekonomi dari ekowisata ini juga ingin meningkatkan kepedulian akan pentingnya melindungi burung yang terus memeroleh gangguan dalam perjalanan migrasinya.

“Menyelamatkan burung migrasi tantangannya sangat berat karena migrasi mereka mencakup banyak wilayah dan negara yang memiliki peraturan dan kebijakan konservasi yang berbeda-beda,” ujar Elizabeth Mrema.

Sebanyak 70 negara rencananya akan ikut memeringati Hari Burung Migrasi Sedunia ini dengan mengadakan festival burung, program edukasi, pemutaran film yang diikuti oleh ratusan penggiat dan organisasi.

AEWA juga akan mengadakan konferensi yang akan diselenggarakan di La Rochelle, Perancis pada tanggal 14-18 Mei. Konferensi ini akan membahas peran penting lahan basah (wetlands) sebagai habitat burung air terutama di wilayah Afrika.

Redaksi Hijauku.com