Reformasi menuju pola pengelolaan air yang berkelanjutan memiliki dampak positif bagi pembangunan.
Hal ini terungkap dari hasil survei yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa kemarin (4/5).
Hasil survei ini juga menemukan, negara yang sudah mereformasi manajemen air mereka sejak Earth Summit, 20 tahun yang lalu, telah mengalami kemajuan pesat dalam menjamin pasokan air yang layak bagi penduduk dan bagi pertanian serta berhasil meningkatkan kualitas kesehatan penduduknya.
“Survei ini menunjukkan keberhasilan penting upaya pengelolaan air yang terintegrasi dengan cara yang lebih berkelanjutan yang mampu memberikan manfaat bagi komunitas dan lingkungan,” ujar Achim Steiner, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB/UN Environment Programme (UNEP), .
Lebih dari 130 negara mengikuti survei yang berfokus pada penerapan Tata Kelola Sumber Daya Air yang Terintegrasi/Integrated Water Resources Management (IWRM) yang telah didukung oleh banyak negara pasca Earth Summit di Rio ini.
UNEP dan UN Water, mekanisme koordinasi antar-lembaga PBB terkait isu air, bekerja sama dalam menggelar survei ini. Mereka meminta masukan dari pemerintah di seluruh dunia mengenai infrastruktur, pembiayaan dan aspek-aspek tata kelola air guna menilai kesuksesan pemerintah menerapkan IWRM.
Hasilnya, sebanyak 90% negara yang disurvei melaporkan dampak yang positif reformasi air berlandaskan konsep IWRM ini. Namun survei ini juga menemukan kemajuan yang lamban di bidang irigasi, pengumpulan air hujan dan investasi air bagi ekosistem.
Contoh-contoh kesuksesan sejumlah negara dalam menerapkan kebijakan tata kelola air juga bisa ditemukan dalam survei ini. Di Estonia, misalnya, penerapan pajak polusi dan biaya air (water charges) telah membantu meningkatkan efisiensi air dan mengurangi polusi di Laut Baltik (Baltic Sea).
Di Kosta Rika, 50% pemasukan dari fasilitas air saat ini diinvestasikan kembali dalam manajemen sumber daya air di negara tersebut. Dan di Ghana, 40% fasilitas irigasi yang lebih produktif dan efektif berhasil diperbaiki kembali. Semua penemuan ini menjadi bekal penting menuju Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB (Rio+20) yang akan digelar bulan depan di Brasil.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment