Perubahan iklim akan membawa perubahan besar pada komunitas tanaman, mengubah hutan menjadi padang rumput, padang rumput menjadi tundra memicu peralihan antar komunitas ekologis utama.

Hal ini terungkap dari penelitian Jet Propulsion Laboratory milik NASA bekerja sama dengan California Institute of Technology di Pasadena, California sebagaimana dilaporkan oleh ScienceDaily,  Minggu (18 Desember) .

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Climatic Change ini menyatakan, pada 2100, perubahan iklim global akan memicu perubahan 40% ekosistem berbasis lahan dari satu tipe komunitas ekologis utama – seperti hutan, padang rumput atau tundra – ke tipe komunitas ekologis utama yang lain.

Penelitian menggunakan permodelan komputer ini berusaha mengungkap bagaimana kehidupan tanaman pada tiga abad mendatang sejalan dengan kondisi pemanasan global yang semakin parah.

Permodelan komputer ini menemukan bahwa bumi, yang terus memanas, akan mengalami perubahan ekologis dimana tanaman juga hewan harus berjuang lebih keras untuk tetap hidup. Model ini juga menemukan fenomena dimana beberapa spesies akan menginvasi wilayah spesies lain agar bisa terus tumbuh.

Sebagian besar padang di muka bumi yang tidak tertutup es atau pasir akan mengalami setidaknya 30% perubahan jenis tanaman – yang akan memaksa manusia dan hewan untuk beradaptasi bahkan untuk pindah.

Penelitian ini memprediksi, perubahan iklim akan merusak keseimbangan ekologis antara tanaman dan hewan yang saat ini terancam musnah. Perubahan iklim juga akan mengurangi keanekaragaman hayati dan memengaruhi sikus air, energi, karbon dan elemen-elemen bumi yang lain.

“Dalam 25 tahun terakhir, para ilmuwan terus memeringatkan bahaya perubahan iklim akibat perilaku manusia,” ujar Jon Bergengren, ilmuwan yang memimpin penelitian ini. “Penelitian kami memerkenalkan pendekatan baru yang sangat penting yaitu dengan meneliti dampak ekologis dari peningkatan suhu bumi.”

Saat terjadi pemanasan global beberapa spesies tanaman harus bermigrasi lebih cepat karena mereka hanya bisa hidup, bertahan dan berkembang biak dalam kondisi iklim tertentu yang selama ini telah memungkinkan mereka untuk beradaptasi.

Walau beberapa jenis tanaman dan hewan sudah melakukannya, seperti pada saat berakhirnya zaman es, namun mereka tidak siap untuk menghadapi dampak perubahan iklim pada zaman modern yang sangat cepat yang saat ini tengah terjadi. Aktifitas manusia terus merusak habitat alami di bumi dan menjadi penghalang keberhasilan tanaman dan hewan untuk bermigrasi.

Simulasi ini didasarkan atas skenario lembaga PBB, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang meramalkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca akan naik dua kali lipat pada 2100. Laporan IPCC menyatakan bahwa bumi akan semakin lembab dan panas. Suhu bumi akan naik 2 hingga 4 derajat Celsius pada 2100.

Tingkat pemanasan global ini sama dengan tingkat pemanasan yang terjadi pada zaman es 20.000 tahun yang lalu, namun dengan proses yang 100 kali lebih cepat. Menurut skenario ini, sejumlah wilayah di muka bumi akan semakin basah dengan meningkatnya proses evaporasi sementara beberapa wilayah lain akan semakin kering karena perubahan sirkulasi atmosfer bumi.

Wilayah yang sensitif terhadap perubahan ekologis ini meliputi wilayah Himalaya, Tibet, Afrika, Madagaskar, Mediterania, dan sejumlah wilayah di Amerika Selatan dan Amerika Utara.

Redaksi Hijauku.com