Oleh: DR. Irma Isnafia Arief *

Let’s food be your medicine,” slogan ini sudah diperkenalkan oleh Hippocrates sejak berpuluh-puluh abad silam.

Pola makan sehat ternyata sudah menjadi budaya dalam kehidupan manusia sehari-hari sejak dahulu kala.

Dengan mengonsumsi makanan sehat, metabolisme tubuh akan menjadi sehat dan normal, sesuai dengan ritme yang diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Pembuktian moto “Jadikan Makanan Sebagai Obat” ini terus berkembang selama beberapa dekade terakhir. Tren ini menunjukkan, diet atau asupan makanan memegang peranan penting bagi kesehatan manusia, sehingga di Indonesia muncul istilah “Pangan Fungsional.”

“Pangan Fungsional” didefinisikan BPOM (2005) sebagai pangan yang secara alami maupun melalui pemrosesan  (produk olahan) mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah memiliki fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan.

Probiotik adalah bahan pangan fungsional yang kini menjadi tren makanan yang dianjurkan oleh para ahli kesehatan.

Semua produk probiotik – dari mulai yoghurt probiotik, kefir, dadiah/ susu fermentasi tradisional daerah Padang, urutan (sosis fermentasi khas Bali), keju Edam probiotik, es krim probiotik, coklat probiotik, sereal bayi probiotik, susu formula probiotik hingga biskuit probiotik – berhasil menempati tangga teratas makanan dengan peringkat penjualan yang tinggi.

Sebagai seorang konsumen, kita tentunya harus cerdas memilih makanan yang tepat untuk keluarga. Makanan tidak hanya harus mengandung nilai nutrisi yang tinggi, namun juga mampu menyehatkan serta tidak memicu penyakit. Produk probiotik memenuhi semua syarat tersebut, sehingga menjadi pilihan ibu rumah tangga.

Sekarang kita bahas apa yang disebut dengan probiotik dan manfaatnya bagi manusia.

Para ahli menyepakati definisi probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup mampu memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya (FAO/WHO 2002).

Bakteri asam laktat (BAL) termasuk bakteri yang sebagian besar “strain”-nya dinyatakan sebagai probiotik jika memenuhi syarat sebagai berikut :

(1). BAL tersebut termasuk dalam GRAS (Generally Recognized as Safe) (FAO/WHO 2002)

(2). BAL tetap bertahan hidup selama pengolahan dan penyimpanan (FAO/WHO 2002; Sunny-Roberts & Knoor 2008)

(3). Dapat bertahan hidup pada kondisi asam dan garam empedu di saluran pencernaan

(4). Dapat menempel pada epitelium usus inangnya

(5). Bersifat antagonistik terhadap bakteri patogen (FAO/WHO 2002; Agostoni et al. 2004).

Golongan bakteri asam laktat spesies Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum, Bifidobacteria spp, Lactococcus lactis, Lactobacillus casei, Lactobacillus rhamnosus masuk dalam kategori probiotik.

Untuk membuktikan suatu bakteri masuk dalam golongan probiotik, setiap strain dalam bakteri tersebut harus melewati berbagai pengujian ilmiah dan jika ingin dikomersialisasikan maka bakteri tersebut harus bersifat aman untuk dikonsumsi manusia.

Bakteri probiotik dianalogikan sebagai tentara barisan depan dalam saluran pencernaan manusia. Hal ini karena probiotik sangat mempengaruhi keseimbangan mikroflora di saluran pencernaan antara good bacteria dengan bad bacteria. Keseimbangan mikroflora akan mempengaruhi pola pencernaan dan penyerapan zat makanan dalam saluran pencernaan.

Masih banyak efek-efek positif lain dari probiotik bagi kesehatan. Berikut adalah diantaranya:

1. Menurunkan risiko lactose intolerance. Lactose intolerance adalah gejala diare yang terjadi pada manusia ketika meminum susu. Hal ini karena manusia tidak mempunyai enzim yang mendegradasi laktosa susu. Probiotik mampu mendegradasi laktosa susu sehingga proses pencernaan dan penyerapan gula susu tidak dalam bentuk laktosa.

2. Mengurangi risiko diare. Diare dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya karena infeksi saluran pencernaan akibat pertumbuhan bakteri patogen yang berlebihan (outgrowth). Probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen ini karena probiotik memroduksi senyawa antimikroba serta asam laktat – senjata ampuh untuk penghambatan bakteri patogen – sehingga jumlah bakteri patogen di saluran pencernaan menurun, infeksi dan diare akhirnya bisa disembuhkan.

3. Mengikat karsinogen.** Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik mampu mengikat secara in vitro senyawa karsinogen, di antaranya adalah heterosiklik amin selama pemasakan daging, toksin fungi aflatoksin B1, benzo(a) pirene dan makanan yang terkontaminasi aflatoksin AF2. Absorpsi itu dikaitkan dengan mekanisme pertukaran kation (Burns & Rowlands 2000).

4. Mencegah kanker.** Peningkatan konsentrasi probiotik dalam setiap konsumsi mampu menurunkan enzim bakteri yang berperan mengaktivasi atau mensintesis karsinogen, genotoksin dan promotor tumor (Burns & Rowlands 2000). Probiotik mampu mereduksi level enzim di kolon yang mengubah prokarsinogen menjadi karsinogen. Secara spesifik, probiotik dapat mereduksi level enzim glukuronidase, nitroreduktase dan azoreduktase. Probiotik juga berperan secara langsung dalam mereduksi prokarsinogen, contohnya dengan mengikat nitrit dan mereduksi level asam empedu sekunder (BC Dairy Foundation 1997; Burns & Rowlands 2000; Brady et al. 2000; Wollowski et al. 1999).

5. Menurunkan pH kolon.** Fermentasi yang dilakukan oleh probiotik mampu menurunkan pH kolon dengan terbentuknya asam-asam organik seperti asam laktat dan SCFA (Short Chain Fatty Acid) diantaranya asam butirat, propionat dan asam asetat sehingga mampu menjaga kondisi kolon dari resiko kanker (Augenlicht et al. 1999; Wollowski et al. 1999).

6. Meningkatkan respon imun.** Probiotik mampu menurunkan respon inflamasi. Hal ini ditunjukkan dengan studi mencit yang disuntik dengan sel tumor dan diberikan yoghurt. Perlakukan ini mampu menekan terjadinya inflamasi dengan meningkatkan imunoglobin A (IgA) dan sel limfosit T CD 4+. Selain itu juga, studi pada manusia menunjukkan bahwa konsumsi probiotik mampu meningkatkan aktivitas fagositik dari sel imun monosit dan granulosit serta meningkatkan level antibodi yang disekresikan oleh sel imun limfosit B (Burns & Rowlands 2000; Perdigon et al. 2001). Solis et al. (2002) melaporkan, pemberian susu fermentasi yoghurt dapat meningkatkan produksi interferon IFN-y pada anak-anak yang kekurangan gizi. Beberapa peneliti juga berhasil membuktikan bahwa konsumsi BAL mampu meningkatkan sistem imun seluler dan humoral, di antaranya peningkatkan populasi dan proliferasi sel limfosit, produksi sitokin interferon-y (IFN-y), interleukin-12 (IL-12), IL-10, sel imun Th, serta IgA, IgE, IgG, serta IgM (Kimura et al. 2006; Segawa et al. 2008; Gackowska et al. 2006; Aattouri et al. 2002).

7. Mengatasi masalah sembelit. Sembelit disebabkan oleh masa transit sisa-sisa makanan dalam kolon yang terlalu lama sehingga menumpuk dan menjadi keras. Probiotik mampu mendegradasi sisa-sisa makanan dan ikut mendorong laju gerakan peristaltik usus besar sehingga masa transit makanan di usus besar akan lebih singkat dan pada akhirnya tidak terjadi sembelit.

Karena probiotik adalah mikroorganisme hidup, maka penting untuk memperhatikan dosis konsumsi probiotik sehari-hari. Para ahli pangan dunia menyarankan masyarakat untuk mengonsumsi probiotik minimal 100 ml – dengan kandungan jumlah probiotik 1 juta sel/ml – setiap hari.

Dengan semua manfaat di atas, saatnya untuk mengubah pola konsumsi harian kita dengan mengonsumsi sumber pangan yang sehat, salah satunya dengan mengkonsumsi probiotik. Di negara maju seperti Jepang, yoghurt probiotik sudah menjadi santapan sehari-hari. Mari mengonsumsi produk probiotik untuk kesehatan diri dan keluarga. “Let’s food be your medicine.”

Catatan Redaksi:

* DR. Irma Isnafia Arief adalah Staf Pengajar Tetap di Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Pangan dari Institut Pertanian Bogor tahun ini dan menyelesaikan program paska sarjana di universitas yang sama pada tahun 2000.

** disadur dari Disertasi (2011)