Tenaga surya bisa “dipanen” secara lebih efisien dan dikirim dari jarak jauh menggunakan sirkuit molekular mikro. 

Semua ini terungkap dari hasil penelitian terbaru yang terinspirasi oleh proses fotosintesis, sebagaimana dikutip dari laporan situs University College London.

Penelitian mengenai cara tanaman, alga dan sejumlah bakteri menggunakan proses mekanika kuantum guna meningkatkan produksi energi melalui proses fotosintesis ini diterbitkan oleh jurnal Nature Chemistry.

Dalam laporan ini, ilmuwan juga mengungkapkan cara menciptakan sirkuit molekuler yang ukurannya 10 kali lebih kecil dibanding kabel listrik mini yang terdapat dalam prosesor komputer. Mereka juga menerangkan cara jaringan energi listrik molekuler menangkap, mengirim, mengatur dan meningkatkan produksi energi sinar surya.

Profesor Gregory Scholes, dari Universitas Toronto yang memimpin penelitian ini menyatakan: “Produksi energi surya (yang ada saat ini) dimulai dengan diserapnya energi cahaya oleh jaringan molekul. Energi ini kemudian disimpan sementara dalam bentuk elektron yang terus bergerak yang kemudian dikirim ke reaktor yang sesuai.”

“Proses ini mirip dengan proses biologis dalam fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, jaringan antenna yang mengandung klorofil menangkap sinar dan mengarahkan energi ke protein khusus yang bertugas memroduksi oksigen dan gula. Proses ini seperti menancapkan protein-protein tersebut (sebagai pusat reaksi) ke colokan (sumber) energi surya.”

Dalam proses alami, energi surya ditangkap oleh molekul “berwarna” atau molekul yang mengandung pigmen, namun energi itu hanya disimpan selama sepermilar detik, sehingga waktu untuk mengirim energi dari pigmen ke mesin molekuler yang memroduksi bahan bakar atau listrik sangat singkat.

Kunci untuk menyimpan dan mengirim energi dengan sangat cepat adalah dengan mengumpulkan penciptaan energi melalui proses kuantum dari antenna yang hanya tersusun dari puluhan pigmen.

Dr Alexandra Olaya-Castro, ilmuwan dari jurusan Fisika dan Astronomi yang turut meneliti proses ini menyatakan: “Saat matahari bersinar terang, lebih dari 100 juta milliar partikel cahaya “berwarna” merah dan biru menyinari daun setiap detiknya.

“Dalam kondisi seperti ini, tanaman dituntut untuk bisa menggunakan energi itu untuk tumbuh dan membuang kelebihan energi yang bisa merusak. Menyalurkan energi dengan cepat dan teratur adalah kunci dari sistem ‘pemanenan’ energi surya.

“Dengan memastikan semua indikator energi dalam proses penyaluran energi turut terlibat, antenna alami berhasil menggabungkan fenomena klasik dan kuantum untuk memastikan proses pengumpulan dan distribusi energi surya dilakukan secara efisien dan terstruktur.”

Redaksi Hijauku.com