Saat ini, setiap orang seakan terobsesi dengan gerakan ramah lingkungan. Namun di tengah euforia tersebut, tanpa kita sadari, perusakan lingkungan terus terjadi.
Hampir semua sisi kehidupan turut menyumbang menurunnya kualitas alam sekitar. Bumi semakin menderita karena prilaku manusia. Masyarakat terus menghasilkan sampah. Sementara industri terus menghasilkan limbah.
Mari kita pahami tiga cara sebuah produk dan proses di industri manufaktur merusak bumi dan upaya untuk mengurangi dampak negatifnya berikut ini:
1. Proses Manufaktur (Manufacturing)
Bukan hal baru jika sektor manufaktur menjadi penyumbang terbesar polusi lingkungan. Namun banyak dari kita yang belum mengetahui secara detail prosesnya. Setiap tahun, industri manufaktur menghasilkan jutaan kilogram limbah kimia yang mencemari tanah, air dan udara. Polusi ini sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Dalam limbah manufaktur terdapat bahan-bahan kimia berbahaya seperti merkuri, bahan pemicu kanker (carcinogen), racun biologi dan racun kimia lain. Lembaga Perlindungan Lingkungan asal Amerika Serikat, Environmental Protection Agency (EPA), mengeluarkan laporan yang memonitor 26 jenis industri manufaktur yang menghasilkan limbah berbahaya.
Menurut EPA, ada tujuh industri utama yang menghasilkan limbah kimia berbahaya di lingkungan. Industri-industri tersebut adalah; industri pertambangan logam (metal mining); industri energi listrik (electric utilities); industri kimia; industri logam (primary metal); industri kertas, industri makanan, minuman serta tembakau dan industri pengelolaan limbah berbahaya.
Semua proses produksi, sesungguhnya memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk mengatasinya, kelompok pemerhati lingkungan saat ini terus mengampanyekan “Proses Manufaktur Ramping” (Lean Manufacturing) yang berupaya menghilangkan bahan serta proses yang tidak perlu dalam proses produksi sebuah produk.
2. Proses Pengemasan (Packaging)
Proses ini sudah dimulai sejak proses manufaktur dan menyumbang limbah dalam jumlah besar. Banyak bahan yang digunakan dalam kemasan yang berbahaya bagi lingkungan. Seperti “styrofoam” yang tidak bisa terurai di alam dan tidak memiliki nilai tambah lain selain harganya yang murah dan gampang diperoleh.
Bahan yang tidak ramah lingkungan lain adalah kantong plastik, botol gelas, kemasan film plastik (plastic film), kotak kertas (cardboard boxes) dan bungkus aluminum.
Tentu, setiap produk membutuhkan kemasan untuk melindungi barang dan memperpanjang masa pakainya – seperti di produk makanan. Namun ada banyak cara untuk mengurangi dampak negatif kemasan terhadap lingkungan.
Produsen harus menghindari praktik-praktik berikut ini:
– Melakukan Pengemasan yang berlebihan (Over-Packaging)
Banyak produk yang masih menggunakan kemasan yang tidak perlu yang pada akhirnya akan dibuang. Mayoritas sampah rumah tangga berasal dari kemasan-kemasan seperti ini. Produsen disarankan untuk mengemas secara bijak.
– Menggunakan “Kemasan Ramah Lingkungan”
Hal ini berlaku untuk kemasan makanan seperti pembungkus makanan cepat saji atau makanan ringan yang banyak dibuang sembarangan di jalan dan di tempat-tempat umum yang lain.
Memakai kemasan yang bisa terurai di alam (bio-degradable materials) tidak bisa menjadi solusi atas prilaku jorok ini.
Mereka yang suka membuang sampah sembarangan bahkan bisa semakin termotivasi untuk membuang sampah di mana saja, karena mereka tahu, kemasan tersebut terbuat dari bahan yang bisa terurai di alam.
Yang tidak mereka ketahui adalah, dalam proses produksinya, kemasan-kemasan ini menghasilkan emisi atau polusi berbahaya seperti karbon dioksida (CO2) dan metana. Peningkatan konsentrasi gas-gas tersebut di udara akan memercepat perubahan iklim dan memerparah pemanasan global.
3. Proses Pengiriman Barang (Shipping)
Sektor ini adalah sektor terakhir dalam siklus negatif konsumerisme. Sektor transportasi menyumbang 5% dari 50.000 mega-ton karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan masyarakat setiap tahun.
Bahkan setelah proses pengiriman barang ini selesai, truk-truk kosong terus mengeluarkan emisi dengan mengonsumsi ribuan liter solar dengan mesin disel mereka.
Ketiga proses di atas akan terus menimbulkan masalah lingkungan seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, dibutuhkan kesadaran kolektif, salah satunya adalah dengan sebisa mungkin memilih alternatif-alternatif ramah lingkungan dalam proses manufaktur, pengemasan dan transportasi barang.
Jika tidak, perubahan iklim dan pemanasan global yang saat ini telah terjadi akan semakin ekstrem. Tak butuh waktu lama bagi kita untuk melihat bencana alam dan kemanusian menjadi semakin sering terjadi.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment