Oleh: Chairel Malelak, SP, M.Si

Hari ini saya ingin menulis lagi tentang sebuah pelayanan pengabdian yang bernama penyuluhan ditengah keterbatasan. Banyak persoalan yang dihadapi penyuluh kita, baik menyangkut biaya operasional dan ketiadaan bimbingan teknis serta kondisi keterbatasan anggaran. Memang dibutuhkan pelayanan yang tulus dan penuh pengabdian di tengah tantangan kondisi wilayah dan masyarakat di daerah perbatasan Timor Leste Kecamatan Mutis bernama Persawahan Seko. Ada hal menarik yang terjadi, ketika kondisi pertanian kita tidak baik-baik saja. Sebuah upaya yang menurut saya merupakan upaya luar biasa untuk antisipasi kemungkinan rawan pangan yang akan terjadi, dengan peningkatan areal tanam dari satu kali tanam menjadi dua kali tanam.

Secara nasional, kita kekurangan 2 juta hektar lahan sawah untuk meningkatkan produksi beras kita, maka Kabupaten Timor Tengah Utara juga diharapkan menyumbang areal tanam padi seluas 300 ha. Lahan seluas 300 ha ini dibutuhkan untuk menambah luas tanam khususnya tanaman padi. Dengan demikian pada musim tanam kedua (MT 2), Dinas Pertanian Timor Tengah Utara lewat penyuluh diminta untuk mendampingi petani agar melakukan penanaman padi pada lahan sawahnya, sementara Dinas Pertanian lewat Kementerian Pertanian menyiapkan sarana dan prasarana pertanian.

Untuk mengejar target tersebut maka, Dinas Pertanian Timor Tengah Utara diundang untuk melakukan penanaman simbolis padi di beberapa lokasi sawah. Hari ini, saya selaku penjabat kepala dinas pertanian (PLT) diundang untuk melakukan penanaman simbolis padi di lokasi persawahan Seko Desa Tasinifu Kecamatan Mutis. Saya begitu bersemangat untuk melakukan penanaman simbolis ini, lewat undangan penyuluh BPP Mutis. Lokasi persawahan Seko Desa Tasinifu berada di perbatasan Negara Timor Leste, dengan pemandangan sawah yang sangat indah.

Ada pelajaran yang di dapat dari kegiatan penting ini, terutama sebagai sebuah pelajaran penting bagi kami sebagai petugas pertanian. Persawahan Seko Desa Tasinifu Kecamatan Mutis memiliki luas sawah seluas 83 hektar. Yang terjadi di lapangan, bahwa mereka melakukan penanaman yang ke dua kali dan dilakukan secara serentak. Ini menurut saya adalah hal yang luar biasa karena selama ini hanya dilakukan satu kali saja, walaupun lokasi tersebut airnya mengalir sepanjang tahun. Mungkin menarik kalau kita melihat apa yang dilakukan oleh penyuluh dari Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Mutis. Secara umum BPP Mutis memiliki seorang koordinator dan tiga orang penyuluh dengan jumlah kelompok sebanyak 26 buah dan meliputi 4 desa binaan.

Pentingnya Pendekatan Sosial dalam Penyuluhan

Ketika saya menanyakan kenapa lokasi ini tidak di tanam tiga kali, karena aair cukup tersedia sepanjang tahu. Jawaban para petani adalah untuk melakukan itu ada banyak hal yang dilakukan, dengan berbagai persayaratan. Tetapi apa yang dilakukan oleh penyuluh BPP Mutis ini adalah dengan melakukan pendekatan sosial kepada petani. Ini menarik untuk kita pelajari bersama bahwa pendekatan sosial sangat penting dalam keberhasilan penyuluhan.

Menurut koordinator penyuluh BPP Mutis, bahwa secara budidaya kalau petani mau melakukan penanaman harus di dahului dengan adat, baru bisa melakukan kegiatan pengolahan sawah. Untuk selesai penanaman pertama harus dilakukan adat oleh tua-tua adat setempat baru boleh melakukan penanaman sawah. Untuk itu mereka melakukan pendekatan kepada kepala desa, tokoh masyarakat setempat dan tua-tua adat untuk hal tersebut. Setelah itu, akhirnya disetujui untuk dilakukan penanaman padi.

Ini menarik, pendekatan sosial dapat membuat perubahan terhadap perilaku petani, selain pendekatan teknis. Pendekatan sosial yang dilakukan membuktikan bahwa pemahaman penyluh terkait kondisi sosial masyarakat desa binaan mereka luar biasa. Ini bisa dilakukan, bila penyuluh mempunyai pemahaman akan sosial budaya setempat dengan baik.

Teknologi Budidaya

Selain pendekatan sosial, yang dilakukan penyuluh BPP Mutis adalah pendekatan teknis dengan teknologi budidaya padi sistem jajar legowo. Ini juga merupakan introduksi baru bagi petani di lokasi persawahan Seko Desa Tasinifu, Kecamatan Mutis. Memang pendekatan ini belum bisa merubah perilaku semua petani di lokasi persawahan Seko, tetapi paling tidak teknologi budidaya ini bisa meningkatkan produksi dan produktivitas padi.

Teknologi budidaya penanaman padi secara jajar legowo, memang masih awam di kalangan petani setempat. Proses ini harus betul-betul mendapat pendampingan penyuluh setempat sehin gga bisa membawa perubahan di kalangan petani. Saya melihat bahwa BPP Mutis melakukan dengan mencari orang kunci dalam kelompok untuk dilibatkan dalam penerpan teknologi tersebut. Secara umum, mereka melakukan pendekatan dengan kelompok tertentu yang mau menerapkan teknologi tersebut, sehingga secara perlahan semua petani di Lokasi Persawahan Seko, Desa Tasinifu dapat menerapkan teknologi tersebut. Ini menarik untuk dipahami bersama bahwa untuk merubah perilaku petani memang tidak gampang dan butuh waktu.

Hasil pertemuan di lapangan bersama petani, mereka mulai paham dengan perbedaan menggunakan sistem tanam jajar legowo dan sistem tanam tidak beraturan. Ada perubahan dari pola tradisional menjadi pola yang lebih maju dari budidaya padi tersebut. Apa yang menjadi pelajaran bagi kita sebagai pelaku pertanian adalah bahwa untuk terjadi transfer teknologi dibutuhkan pemahaman tersendiri terkait orang kunci. Penemuan orang kunci itu tidak gampang, dibutuhkan pengalaman dalam profesi sebagai penyuluh dan saya melihat bahwa penyuluh BPP Mutis sukses melakukan hal tersebut.

Pendekatan Sarana dan Prasarana Pertanian

Apa yang dilakukan BPP Mutis di persawahan Seko adalah bahwa mereka juga melakukan pendekatan sarana dan prasarana pertanian. Ini menarik untuk simak bersama karena secara umum pendekatan ini terkesan memanjakan petani. Tetapi apa dilakukan oleh BPP Mutis adalah bahwa pendekatan ini dilakukan dengan seleksi yang ketat terhadap kelompok penerima sarana dan prasarana pertanian. Misalnya bagi kelompok penerima diberikan target dan penerapan teknologi tertentu.

Saya melihat ini pendekatan ini bisa memberikan semangat kepada petani untuk betul-betul memanfaatkan bantuan yang ada. Hal ini ditunjukan dengan pemerataan dalam pemanfaatan bantuan dengan system pergiliran diantara anggota kelompok. Di lapangan kita bisa melihat bahwa lokasi sawah bisa dilakukan tanam serempat, ini membuktikan bahwa dengan sarana dan prasarana yang ada di manfaatkan secara baik dan tidak menimbukan konflik di kalangan petani. Kondisi ini membuat semua petani bersemangat untuk mengelola persawahan mereka. Memang apa yang dilakukan oleh penyuluh BPP Mutis ini sederhana tetapi pendekatan dapat membantu dalam pengelolaan sawah guna peningkatan areal tanam di Lokasi Persawahan Seko Desa Tasinifu, Kecamatan Mutis, Nusa Tenggara Timur.

–##–