Oleh: Swary Utami Dewi *
Wilayah Indonesia terbentang sangat luas. Masing-masingnya unik, berbeda dan kaya keragaman. Salah satunya adalah Wallacea. Wallacea sendiri merupakan kawasan biogeografis yang mencakup kelompok pulau-pulau dan kepulauan di wilayah Indonesia bagian tengah. Mereka adalah Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Maluku Utara , Kepulauan Nusa Tenggara (Timur dan Barat) beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Wilayah ini mandiri secara geografis. Artinya, terpisah dari paparan benua-benua Asia dan Australia dikarenakan keberadaan selat-selat yang dalam di sekitarnya.
Penting untuk selalu digarisbawahi, bahwa Wallacea memang tidak pernah menjadi satu kesatuan yang menempel menjadi satu, baik pada benua Asia maupun Australia. Maka, keanekaragaman hayati di sini pun sangat khas dan unik. Tidak memiliki ciri Asia, tidak pula Australia. Flora dan faunanya benar-benar endemik. Untuk satwa, sebut saja anoa, burung maleo dan burung bidadari sebagai contoh endemik. Terkait hal ini, dikutip dari Mongabay (20 Januari 2020), Yayasan Burung Indonesia menunjukkan bahwa di Wallacea, yang merupakan wilayah megabiodiversity di Indonesia, dari 813 jenis burung yang ditemukan, sekitar 359 jenis hanya benar-benar ada di kawasan ini.
Kawasan Wallacea sendiri diambil dari nama seorang peneliti, naturalis dan ahli biologi, juga pengamat sosial, dari Britania Raya: Alfred Russel Wallace. Khusus untuk fauna, Wallace, yang hidup pada abad 19, dianggap sebagai ahli terkemuka dalam bidang penyebaran geografis spesies hewan (biogeografi). Bapak biogeografi bahkan disematkan pada dirinya. Pada kurun waktu 1854–1862, Wallace menjejakkan kaki dan menjelajah berbagai wilayah di Kepulauan Melayu atau Hindia Timur saat itu (yang sekarang menjadi Singapura, Malaysia, dan Indonesia) untuk mengumpulkan spesimen-spesimen dan mempelajari sejarah alam. Dari hasil eskplorasi inilah ia mendeskripsikan batas-batas (imajiner) biologis kawasan zoogeografis yang kemudian dikenal sebagai Garis Wallacea.
Tentang Wallacea inilah yang lalu menjadi bahasan webinar yang diusung oleh Omar Niode Foundation, yang diketuai oleh Amanda Katili Niode. Webinar ini khusus digelar dalam rangka merayakan World Food Travel Day, yang jatuh pada 18 April. Tidak hanya soal keunikan ekosistem alamnya, budaya dan potensi wisata kuliner dari kawasan Wallacea ini juga diulas di ajang ini. Jadilah webinar tersebut mengambil tema “Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea”. Pembicara yang hadir pada 18 April 20201 ini beragam latar belakangnya.
Hadir Aris Prasetyo yang memaparkan keunikan dan keragaman endemik dari biogeografi Wallacea. Semua ini berdasarkan pengalamannya menapak Wallacea. Aris melacak keunikan Wallacea dari hasil jejak jelajah Alfred Wallace ratusan tahun silam hingga kini. Lalu ada MH Firdaus dari Konsorsium Pangan Bijak Nusantara yang menceritakan tentang upaya kembali ke pangan lokal yang sehat dan bernutrisi di wilayah Wallacea ini. Gerakan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat kembali ke pangan lokal yang bijak. Singkong, sorgum, sagu dan jagung lokal adalah beberapa jenis tanaman pangan khas Wallacea yang turun temurun menjadi pangan pokok bagi masyarakatnya. Pangan pokok ini mampu diolah dalam berbagai ragam kuliner. Singkong bisa menjadi kasuami, sorgum dan jagung jadi bubur yang sehat, sagu bisa jadi kapurung dan masih banyak lagi hasil olahan lainnya. Ragam kuliner Wallacea yang lain juga dipaparkan oleh pembicara lainnya, Meillati Batubara dari Nusa Indonesia Gastronomy. Selain tentang keunikan wilayah dan keragaman kuliner, juga ada tips bepergian hemat ke Wallacea yang disampaikan Fitria Chaerani dari Campa Tour.
Webinar ini berakhir dengan penanamam yang makin kuat di benak saya bahwa Indonesia itu memang kaya. Indonesia itu beragam. Dan Wallacea merupakan salah satu bukti yang tidak terbantahkan. Jika takdir kita memang beragam, jangan mengubahnya menjadi seragam hanya karena skap dan tindakan manusia yang tidak bijak.
–##–
* Pegiat Perhutanan Sosial, the Climate Reality Leader dari Indonesia, Board Kawal Borneo
Thanks tami pencerahan nya tentang Kawasan Wallacea yang ternyata sangat beragam dan kaya akan SDA.
Mari kita manfaatkan SDA yang ada dg bijak dan lakukan Go green agar alam kita terjaga…
Keren Mi, next time ada tulisan juga terkait “Andalas”…he he he….
Terus menulis..