Oleh: Dr. Ing. Eko Adhi Setiawan

Masyarakat di Jabodetabek, bahkan hingga Tangerang Selatan pada hari Sabtu dini hari dikejutkan oleh suara dentuman atau letusan keras yang hingga kini sumbernya masih menjadi misteri. Dentuman itu sedemikian nyata, beberapa orang melaporkan, getaran terasa pada pintu dan kaca jendela rumah.

Apa dan darimana kira-kira sumber suara tersebut? Setelah muncul pernyataan bahwa pada saat itu tidak ada aktifitas letusan dari gunung berapi khususnya dari Anak Krakatau maka menarik untuk ditelaah dari mana sumber dentuman itu.

Sebagai orang elektro dan mengajar fisika listrik, saya tergelitik untuk mencaritahu jawabannnya. Bisa benar, bisa juga salah – namun setidaknya ada dasar dan uraian logis sehingga menghindari kita dari sikap was-was dan khawatir yang berlebihan terutama dalam situasi seperti ini, yang membuat imunitas tubuh kita jadi menurun.

Menurut saya, kemungkinan dentuman itu berasal dari suara guntur atau thunder yang dihasilkan dari petir yang menyambar. Petir ada 2 jenis yaitu petir negatif/negative lightning dan petir positif /positive lightning.

Saya tidak akan membahas bagaimana petir ini terjadi karena akan panjang secara teori. Tapi yang menarik adalah bahwa petir positif itu jarang sekali terjadi menurut data hanya 5% dari seluruh sambaran petir yg terjadi.

Kekuatan petir positif bisa 10 kali lipat dari petir biasa (petir negatif). Sambarannya dapat mencapai jarak 40-an km (mirip jarak Jakarta Bogor) dan tegangan listrik yg dihasilkan mencapai 1 milyar volts. Suara menggelegarnya pun akan sangat mengerikan, mirip dentuman bom.

Sambaran petir positif ini dalam dunia listrik disebut positive cloud to ground lightning yang berarti bahwa muatan positif yang ada di awan bagian atas bertemu dengan muatan positif yang ada di permukaan bumi.

Umumnya yang terjadi adalah muatan negatif yang terletak di awan bagian bawah, bertemu dengan muatan positif di permukaan bumi (ground).

Seperti yang kita ketahui, udara adalah penghantar yang buruk, maka terjadinya petir pasti akan melepaskan energi yg sangat besar. Bahkan suhu yang dihasilkan mencapai 25.000 derajat Celcius atau 5 kali suhu di permukaan matahari.

Nah, mengapa terdengar cukup jauh?
Salah satu fenomena alam yang membuat suara petir menjadi lebih keras adalah adanya lapisan udara di bagian atas awan lebih hangat dari pada lapisan udara di permukaan bumi.

Kejadiann ini disebut dengan temperature inversion atau tertindihnya lapisan udara dingin oleh lapisan udara hangat. kondisi ini tidak normal, umumya tidak demikian – suhu udara makin dingin seiring dengan naiknya ketinggian.

Kondisi ini membuat suara yang dihasilkan dari petir tadi tidak dapat menyebar ke atas dan ke semua arah tetapi seperti bergerak menjalar ke permukaan bumi, sehingga terdengar lebih kuat dan lebih jauh. Jadi gelombang suara guntur tersebut seperti mengikuti sebuah saluran audio atau disebut dgn istilah tropospheric ducting.

Bisa kita umpamakan saat kita meletuskan balon dalam ruangan, dengan balon yg diletuskan di luar ruangan. Mana yg terdengar lebih jelas? Atau bila ada pernah nonton konser musik besar, maka di atas panggung perlu dibuat atap, salah satu tujuan atap itu adalah untuk memperkuat akustik panggung sehingga suara musik bisa merambat ke penonton. Fungsi atap itu mirip seperti udara panas yang menjebak udara dingin di bawahnya.

Terlebih lagi suasana Bogor, Depok, dan Jakarta sedang dalam kondisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), nyaris sepi sunyi sehingga membuat suara lebih jelas terdengar, mirip dentuman.

Yang saya tidak tahu, dimana sumber petir itu berada – apakah saat hujan di Jakarta, Bogor atau Depok? Wallahua’lam. Semoga bermanfaat menambah wawasan kita semua.

–##–