Hong Kong/Jakarta, 18 Oktober 2017 – Lebih dari seperempat dari 1.675 perusahaan yang memiliki atau mengembangkan kapasitas pembangkit batubara sejak tahun 2010 telah sepenuhnya meninggalkan bisnis pembangkit listrik batubara, menurut penelitian baru dari CoalSwarm dan Greenpeace. Ini mewakili hampir 370 pembangkit listrik berbahan bakar batubara besar – cukup untuk daya sekitar enam kali negara Inggris – dan setara dengan hampir setengah triliun dolar AS aset pensiun atau yang tidak dikembangkan [1].

Sementara banyak perusahaan pembangkit melalui perubahan cepat ini, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 23 negara, negara bagian dan kota akan menghapus pembangkit listrik batu bara atau menetapkan tenggat waktu untuk melakukannya pada tahun 2030.

“Sebelum 2014, tidak ada yurisdiksi utama yang benar-benar menghapus batubara,” kata Lauri Myllyvirta, Analis Energi di Greenpeace Asia Timur. “Apa yang kita saksikan sekarang adalah awal dari perombakan besar sistem energi kita – yang dapat mengatasi perubahan iklim dan polusi udara. Pemerintah sekarang perlu mempercepat peralihan ke 100 % energi terbarukan dan memastikan transisi yang adil bagi pekerja dan masyarakat yang terkena dampak kejatuhan industri batubara. ”

Sampai saat ini, enam negara, negara bagian, provinsi atau kota telah benar-benar menghapuskan kekuatan batubara sejak tahun 2014, dan 17 negara lainnya telah mengumumkan meninggalkan batubara pada tahun 2030 atau lebih cepat. Tiga dari negara ekonomi G7, dan 8 negara Uni Eropa, telah memutuskan untuk menghapus batubara, kemudian Belanda baru saja bergabung di bulan ini. Indonesia, pembangun pembangkit listrik batubara terbesar ketiga setelah India dan China dalam beberapa tahun terakhir, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam, Ignatius Jonan baru- baru saja mengatakan tidak akan membangun  proyek pembangkit listrik batubara baru di jaringan utama Jawa-Bali.

“Investasi global di batubara telah jatuh sebagai akibat dari penurunan dramatis dalam proyek baru di China dan India, dengan semakin banyak uang mengalir ke investasi  energi terbarukan,” kata Myllyvirta.

Daftar yurisdiksi yang bebas dari batu bara mencakup ibu kota China dan India. Kedua negara telah secara dramatis mengurangi investasi pada  pembangkit listrik  batubara baru sebagai tanggapan atas kekhawatiran akan sumber daya yang terbuang setelah kelebihan kapasitas kelistrikan  dan tingkat utilisasi yang menurun, desakan publik mengenai tingginya tingkat polusi udara, dan target energi bersih yang ambisius.

“Kapasitas batu bara yang dipangkas dalam dua tahun terakhir memecahkan rekor, dan meningkatnya jumlah kebijakan penghapusan batubara memperlihatkan bahwa tren akan meningkat. Meningkatnya daya saing energi bersih, ekonomi batu bara yang buruk, masalah polusi udara dan upaya mengatasi perubahan iklim, semua faktor tersebut  memainkan peran penting dalam mempercepat runtuhnya batu bara, “kata Christine Shearer, Peneliti Senior untuk CoalSwarm’s Global Coal Plant Tracker.

“Sementara proses peralihan meninggalkan batu bara telah lebih cepat dari yang diperkirakan, dan  perlu lebih dipercepat dengan segera. Memenuhi tujuan kesepakatan Paris mengharuskan semua negara OECD untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2030, jadi sudah saatnya bagi negara lain, terutama seperti Jerman, Jepang dan negara-negara di Asia Tenggara, untuk mengikuti contoh ini, “kata Shearer.

Terlepas dari retorika Presiden Trump tentang menghidupkan kembali industri batubara, namun keputusan untuk melepaskan diri dari pembangkit listrik  batubara di Amerika Serikat terus berlanjut pada tahun 2017 dengan kecepatan yang sama seperti tahun sebelumnya, 54 unit mengumumkan tutup, total kapasitas pembangkit listrik batubara yang tutup setara dengan semua pembangkit batubara di Spanyol.

“Di beberapa tempat seperti Belgia, negara bagian di AS, dan Skotlandia, perusahaan memutuskan untuk menutup pembangkit listrik  batu bara mereka yang mengakibatkan yurisdiksi ini bebas dari batubara. Di A.S., kemajuan berlanjut di tingkat negara meskipun ada retorika dari administrasi Trump, “kata Myllyvirta.

California, ekonomi negara bagian erbesar di AS, sudah bebas dari batu bara dan secara aktif mendorong negara bagian lainnya  untuk mengurangi batu bara juga. Massachusetts akan menutup pembangkit listrik batubara terakhir tahun ini dan lima negara bagian lainnya – Connecticut, Hawaii, New York, Oregon dan Washington – sudah berencana untuk mengambil langkah yang serupa.

Catatan untuk Editor:

Link ke laporan “Global Phase-Out: Survei Global Pertama Perusahaan dan Entitas Politik yang Meninggalkan Batubara

Link ke laporan “Global Shift: Negara dan Entitas Subnasional Menghapus Batubara yang Ada dan Mengurangi Pembangkit  Batubara yang Diusulkan

Foto dan video bisa diakses disini

[1] Unit pembangkit batubara biasa berukuran 500 megawatt, atau 0,5 gigawatt, dalam ukuran, dengan sebagian besar pembangkit listrik memiliki dua atau lebih unit tersebut. Berdasarkan unit ukuran tersebut, ini mewakili 736 unit tipikal atau sekitar 368 pembangkit.

Dari 1.675 perusahaan yang telah memiliki pembangkit listrik batubara atau mengejar pengembangan kapasitas pembangkit listrik batubara sejak 2010, 448 perusahaan, telah keluar dari bisnis batubara. Perkiraan nilai pembangkit listrik batu bara yang ditangguhkan atau dibatalkan oleh perusahaan-perusahaan ini sejak 2010 adalah US $ 432 miliar (berdasarkan rata-rata global sebesar US $ 1172 per kW untuk pembangunan pembangkit listrik batubara baru)

Kontak media:

Greenpeace International Press Desk, pressdesk.int@greenpeace.org, phone: +31 (0) 20 718 2470 (available 24 hours)

Ted Nace, Director, CoalSwarm, +1 (510) 331-8743, email: ted@tednace.com

Christine Shearer, Senior Researcher, CoalSwarm email: shearerchristine@gmail.com

Arif Fiyanto, Climate and Energy Campaign Coordinator for Greenpeace Southeast Asia, afiyanto@greenpeace.org

Hikmat Suriatanwijaya, Marketing and Comms Manager for Greenpeace Southeast Asia, hsuriata@greenpeace.org