Emisi knalpot tak lagi menjadi ukuran mobil yang ramah lingkungan. Hal ini terungkap dari laporan berjudul “Life Cycle CO2e Assessment of Low Carbon Cars 2020-2030” yang dipersiapkan oleh LowCVP bekerja sama dengan PE International.

Menurut LowCVP, walau 80% emisi gas rumah kaca mobil atau kendaraan dihasilkan selama kendaraan tersebut dipakai, seiring dengan perkembangan teknologi, emisi gas buang tidak lagi efektif dan relevan menjadi ukuran kendaraan yang ramah lingkungan.

Meningkatnya pemakaian kendaraan listrik colok (plug-in electric vehicles) akan mengalihkan perhitungan emisi karbon dari mobil atau kendaraan lain ke pembangkit listrik, proses produksi kendaraan serta pembuangan limbah kendaraan dan bahan bakarnya. Sehingga produksi emisi setara CO2 (CO2e) yang dihasilkan oleh setiap penumpang kendaraan, perlu dihitung ulang memertimbangkan seluruh “siklus hidup” kendaraan.

Contoh, produsen mobil saat ini mulai berfokus memerbaiki proses produksi dan penggunaan komponen untuk sebisa mungkin menekan jejak karbon atau emisi setara CO2. Misal, dengan menggunakan alumunium dan baja super ringan untuk mengurangi bahan baku sekaligus memangkas emisi gas rumah kaca.

Laporan yang diterbitkan Kamis (11/7) ini mengungkapkan, emisi setara CO2 yang dihasilkan setiap kendaraan akan bergantung pada teknologi yang digunakan. Sehingga sistem pengukuran emisi harus melampaui emisi gas buang, seiring dengan bertambahnya populasi mobil listrik di jalan raya.

Menurut laporan Navigant Reseach yang telah diterbitkan di Hijauku.com, penjualan mobil listrik, akan terus tumbuh mencapai 21,9 juta unit dari tahun 2012 ke 2020. Di Inggris, Committee on Climate Change menargetkan 1,7 juta kendaraan bertenaga listrik dipakai di jalan raya pada pada 2020.

Pemicunya tak lain adalah semakin mahalnya harga bahan bakar fosil. Laju penjualan mobil listrik menurut Navigant juga akan lebih tinggi dari penjualan mobil konvensional. Saat pasar otomatif secara keseluruhan hanya tumbuh 2% per tahun hingga 2020, penjualan mobil listrik colok akan naik mencapai 40% per tahun dalam 10 tahun ke depan

Dengan memahami prinsip ini akan muncul peluang-peluang baru untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Tidak hanya mengandalkan mobilitas bertenaga listrik baik menggunakan mobil baterai maupun colok, namun juga mobil berbahan bakar cair dan gas yang rendah karbon.

Menurut Andy Eastlake, Managing Director, LowCVP: “Laporan baru ini mengindikasikan saatnya beralih ke sistem pengukuran saat ini yang mengandalkan emisi gas buang ke analisis seluruh siklus kendaraan yang lebih kompleks.”

Disertai kebijakan yang ambisius, analisis baru ini berpotensi mengurangi emisi setara CO2 hingga 60% pada 2030 dengan menggabungkan analisis pada fase produksi, pemakaian dan akhir masa pakai kendaraan. Laporan lengkap LowCVP bisa diunduh pada tautan berikut ini: CO2 Lifecycle Assessment.

Redaksi Hijauku.com