Selamat datang energi terbarukan. Selamat tinggal energi nuklir dan bahan bakar fosil. Jerman adalah salah satu negara yang menyerukan prinsip ini. Pasar energi terbarukan di Jerman tumbuh pesat dalam dua dekade terakhir, menyediakan energi murah dan bisa diandalkan bagi penduduknya. Bauran energi terbarukan di Jerman tumbuh dari hanya 6% ke 25% dalam waktu sepuluh tahun. Jika kondisi cuaca mendukung, sumber energi terbarukan bahkan bisa memasok separuh kebutuhan listrik negara ini.

Tekad Jerman untuk beralih ke energi baru dan terbarukan semakin kuat setelah pemerintah menelurkan kebijakan Energiewende (Transisi Energi Jerman) pada 2010. Kebijakan ini menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 80-95% pada 2050, meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 60% dan efisiensi listrik hingga 50% dalam periode yang sama.

Banyak pihak yang skeptis dengan target ambisius Jerman ini. Peralihan ke energi terbarukan memerlukan investasi yang sangat besar, hingga €200 miliar ($259,68 milliar). Namun bukan orang Jerman jika mereka gagal mewujudkannya. Kebijakan ini langsung mendapat dukungan legeslatif, setahun berikutnya. Perkiraan terbaru dari Energiewende menunjukkan, Jerman akan melampaui target bauran energi terbarukan mereka yang lebih dari 40% pada 2020.

Pemerintah dan lembaga penelitian meramalkan masa depan yang cerah bagi perkembangan ekonomi hijau di negara ini. Manfaat ekonomi dari peralihan ke energi terbarukan telah melampaui investasi yang dikucurkan pemerintah. Harga energi terbarukan di Jerman semakin murah sementara harga energi konvensional semakin mahal. Bahan bakar fosil, menurut Energiewende akan terus mengandalkan pada subsidi agar (harganya) tetap bisa bersaing. Belum lagi jika pemerintah memerhitungkan dampak kerusakan lingkungan. Kerugian dari penggunanan energi kotor akan semakin tinggi.

Kebijakan Jerman mengganti energi impor dengan energi terbarukan juga menyeimbangkan neraca perdagangan, memerkuat ketahanan energi dan menciptakan lapangan kerja. Ada lebih dari 380.000 warga Jerman yang saat ini bekerja di sektor energi terbarukan – jauh lebih banyak dibanding pekerja di industri energi konvensional. Menurut Energiewende, jumlah lapangan kerja baru akan bertambah dari 80.000 menjadi 100.000 hingga 150.000 dalam periode 2020-2030. Salah satu alasannya karena energi terbarukan melibatkan lebih banyak tenaga kerja jika dibanding dengan energi nuklir atau bahan bakar fosil.

Strategi peralihan ke EBT membantu Jerman keluar dari krisis ekonomi dan keuangan lebih cepat dibanding negara-negara lain. Pada 2012, pertumbuhan energi angin dan surya berhasil memangkas harga energi di Jerman hingga lebih dari 10%. Saat listrik semakin murah, biaya berbisnis juga terus turun. Berbagai macam industri mulai industri baja, gelas hingga semen menikmati penurunan harga energi ini. Dalam jangka panjang – saat permintaan energi bersih dan terbarukan meningkat – daya tawar teknologi, jasa dan layanan energi terbarukan buatan Jerman akan semakin tinggi.

Manfaat utama lain adalah pengurangan emisi gas rumah kaca. Berbeda dengan banyak negara maju yang kesulitan memenuhi target pengurangan emisi, Jerman melenggang santai melampaui target pengurangan emisi dari Protokol Kyoto. Pada akhir 2011, Jerman berhasil memangkas emisi gas rumah kaca hingga 27% – melampaui target 21% pada 2012 (dibanding level tahun 1990). Jerman juga diperkirakan mampu melampaui target pengurangan emisi sebesar 40% pada 2020.

Redaksi Hijauku.com