Konferensi Perubahan Iklim atau yang dikenal dengan nama Conference of Parties (COP) ke-18 di Doha, Qatar harus bisa mengejar ketertinggalan aksi perubahan iklim, guna menciptakan masa depan yang rendah emisi dan lestari.

Seruan ini disampaikan Christiana Figueres, Sekretaris Eksekutif UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), dalam berita (UNFCCC) yang dirilis Rabu (21/11).

Pemerintah di seluruh dunia, menurut Figueres telah setuju untuk menekan kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius guna menghindari dampak perubahan iklim dan pemanasan global.

Namun semua upaya ini tak akan terwujud tanpa transformasi dramatis terhadap cara kita menggunakan dan memroduksi energi, serta tanpa dukungan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dari negara maju ke negara-negara berkembang.

Di Doha, pemerintah juga diharapkan mampu memerbaiki komitmen yang telah disetujui di bawah Protokol Kyoto, sebelum berhasil menciptakan komitmen mengikat baru yang ditargetkan pada 2015.

Dengan kata lain, Protokol Kyoto – yang habis masa berlakunya tahun ini – harus dipertahankan sampai waktu yang akan ditentukan bersama.

Protokol Kyoto, hingga saat ini, adalah satu-satunya perjanjian mengikat untuk memangkas emisi gas rumah kaca global. Di bawah Protokol Kyoto, sebanyak 37 negara maju dan negara yang dalam masa transisi menuju ekonomi pasar telah berkomitmen secara legal mengurangi emisi sebesar rata-rata 5% dari tahun 1990 dalam periode 2008-2012.

Dari sekitar 195 negara anggota UNFCCC sebanyak 193 negara anggota yang telah meratifikasi protokol ini. Pelaporan lengkap atas pencapaian negara-negara ini dalam memangkas emisi belum tersedia. Sehingga upaya untuk memangkas emisi secara drastis guna menekan kenaikan suhu bumi jauh dari mencukupi.

Kritik atas kurangnya ambisi, ketidakjelasan hasil, serta langkah menuju terciptanya kesepakatan baru harus memeroleh jawabannya di Doha.

Agenda lain adalah melengkapi Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan) yang mencakup upaya mitigasi, adaptasi, bantuan pendanaan dan alih teknologi, guna membantu negara berkembang menciptakan masa depan yang rendah emisi dan aman dari perubahan iklim.

Dunia memiliki waktu dua minggu, mulai Senin (26/11) besok, untuk beraksi dan membuktikan bahwa kita selama ini tidak berbasa-basi mengatasi dampak perubahan iklim.

Redaksi Hijauku.com