Program Lingkungan PBB (UNEP) menyeru dunia untuk mengurangi bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Menurut UNEP, penanganan bahan kimia yang baik memberikan manfaat besar pada perekonomian dan mendukung peralihan menuju ekonomi hijau.

Dalam laporannya berjudul “Global Chemicals Outlook”, yang dirilis Kamis (5/9), UNEP menyeru pemerintah dan industri untuk berkoordinasi mengatasi masalah yang muncul akibat tata kelola bahan-bahan kimia yang tidak berkelanjutan.

Salah satu bahan kimia yang berbahaya adalah pestisida. Menurut UNEP kerugian yang diderita penduduk di wilayah Sub-Sahara Afrika akibat penggunakan pestisida mencapai US$90 miliar antara tahun 2005-2020.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak inisiatif dari pemerintah dan swasta untuk mengelola bahan-bahan kimia berbahaya ini dengan aman. Namun perkembangan inisiatif tersebut menurut laporan UNEP sangat lamban, sehingga hasilnya pun tidak maksimal.

Dari sekitar 140.000 bahan kimia yang beredar di pasaran saat ini, hanya sedikit yang telah diteliti dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan. Di negara-negara maju yang menjadi anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), bahan-bahan kimia buatan seperti amonia, hidrogen sulfida, asam sulfur, dan asam hidroklorida serta bahan-bahan kimia organik seperti styrene, formaldehyde, toluene dan acetaldehyde telah menyumbang polusi udara dalam jumlah besar.

Bahan-bahan kimia juga mencari air diantaranya adalah asam nitrat, amonia, manganese dan bahan kimia organik seperti methanol, ethylene glycol, phenol, toluene dan formaldehyde. Penyebab utama pencemaran air dari bahan-bahan kimia ini adalah sampah-sampah elektronik – sebanyak 75% di Eropa dan 80% di Amerika Serikat.

Kasus keracunan akibat penggunaan bahan kimia di industri dan pertanian menduduki posisi lima besar penyebab kematian di seluruh dunia yaitu sebanyak lebih dari 1 juta kematian setiap tahun dan 14 juta tahun masa hilangnya produktivitas (Disability Adjusted Life Years). Sementara jumlah kecelakaan industri yang melibatkan bahan kimia terus meningkat.

Di negara berkembang, produk-produk industri kimia – seperti bahan pewarna, deterjen dan lem – terus menggantikan bahan-bahan alami yang berasal dari tanaman, hewan maupun produk-produk berbahan keramik. Menurut UNEP, nilai penjualan bahan kimia global diperkirakan naik 3% per tahun hingga 2050.

Produksi bahan-bahan kimia di negara-negara Afrika dan Timur Tengah akan naik rata-rata 40% dari tahun ini hingga 2020, sementara negara-negara di Amerika Latin akan tumbuh sebesar 33%.

Dengan semakin tergantungnya ekonomi pada bahan kimia, menurut laporan UNEP, tingkat polusi dan limbah kimia juga akan terus meningkat sehingga semakin membahayakan manusia dan lingkungan.

Di Sudan, tingkat kematian ibu-ibu hamil yang terlibat dalam aktivitas pertanian yang menggunakan pestisida naik tiga kali lipat. Di Ekuador, air yang digunakan oleh penduduk desa untuk minum dan mandi di dekat lokasi penambangan minyak tercemar petroleum hydrocarbons 288 kali di atas standar aman Komunitas Eropa.

Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2009 menemukan 212 jenis bahan kimia tersebar dengan kandungan yang berbeda-beda di masyarakat. Lebih dari 3000 bahan kimia dikategorikan sebagai bahan kimia berbahaya bagi ekosistem perairan dengan tingkat mulai dari “sangat beracun” hingga “beracun dengan dampak berbahaya jangka panjang”.

Masalah lingkungan lain yang wajib diwaspadai adalah pencemaran pupuk kimia dan pestisida di sungai dan danau, polusi logam berat oleh industri tekstil dan semen, serta pencemaran dioksin di industri pertambangan.

Menurut laporan Global Environment Outlook 5 dari UNEP yang dirilis Juni 2012, pencemaran pupuk kimia dan pestisida telah menyebabkan semakin banyaknya “zona-zona mati” – wilayah yang miskin oksigen – di sejumlah wilayah perairan dunia dan hanya 13 dari 169 zona-zona mati tersebut yang akhirnya bisa dipulihkan.

Bahan-bahan kimia berbahaya juga bisa dikirim dalam jarak jauh melalui udara dan mengendap di tanah dan air sehingga bisa mencemari rantai makanan. Merkuri misalnya bisa mencemari organisme laut dengan kandungan puluhan ribu kali lipat dibanding konsentrasi yang ditemukan di air. Pencemaran ini bisa berdampak parah pada industri perikanan yang menjadi ladang pencaharian jutaan penduduk dunia. Menurut UNEP, kerugian bagi kesehatan dan lingkungan akibat pencemaran merkuri diperkirakan mencapai US$ 22 miliar. Kerusakan akibat pencemaran air di industri perikanan di China mencapai US$ 634 juta dalam satu tahun.

Di Amerika Serikat, penggunaan pestisida yang berlebihan telah menimbulkan kerugian panen senilai US$ 1,4 miliar dan US$ 2,2 miliar akibat berkurangnya populasi burung liar. Upaya mengurangi penggunaan pestisida telah dilakukan di sejumlah negara. Diantaranya adalah dengan beralih ke praktik pertanian yang berkelanjutan dengan menerapkan tata kelola hama terpadu atau integrated pest management (IPM).

Tata kelola hama terpadu ini menerapkan sejumlah metode guna mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia dan pestisida seperti rotasi tanaman untuk mencegah datangnya hama dan menciptakan kondisi pertanian yang menarik pemangsa alami. Indonesia, menurut UNEP berhasil menerapkan tata kelola hama terpadu ini pada 1990-an sehingga mampu membantu petani mengurangi penggunaan pestisida lebih dari 50% dan meningkatkan hasil panen hingga 10%.

Keuntungan ekonomi yang diraih Indonesia dengan menerapkan sistem IPM ini setara dengan 3,65% produk domestik bruto Indonesia pada tahun 2000. Jika dihitung dalam jangka panjang (dalam periode 19 tahun) – termasuk 20.000 kasus keracunan pestisida yang bisa dihindari di kalangan petani – keuntungan yang diperoleh Indonesia bisa mencapai 22% dari PDB pada 2000, ditambah peningkatan pendapatan keluarga sebesar 5%.

Semua data di atas menunjukkan, transisi menuju pemakaian, produksi dan pembuangan bahan kimia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bisa membawa manfaat besar bagi ekonomi, upaya pengentasan kemiskinan, meningkatkan kesehatan penduduk dan melestarikan lingkungan. Laporan lengkap Program Lingkungan PBB bisa diakses di tautan berikut.

Redaksi Hijauku.com