Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa akan membantu Tanzania menghitung emisi karbon yang tersimpan dalam hutan.

Langkah ini adalah bagian dari upaya Tanzania mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan global. Lebih dari sepertiga wilayah Tanzania adalah hutan, namun 1% dari wilayah hutan tersebut hilang setiap tahun.

Deforestasi, perubahan dan penurunan kualitas tata kelola kehutanan di Tanzania menyebabkan karbon terlepas dari tanah ke atmosfer, memicu perubahan iklim dan pemanasan global. Menurut data PBB, penebangan dan kerusakan hutan menyumbang 20% emisi karbon global.

“Survei guna menghitung kandungan karbon dalam hutan ini adalah yang pertama kali dilakukan di Tanzania. Survei ini akan membantu memerkirakan jumlah simpanan karbon Tanzania secara independen,” ujar Anssi Pekkarinen, Staff Kehutanan FAO.

“Survei ini juga membantu para ahli mengembangkan metodologi guna mengukur perubahan simpanan karbon, yang akan memudahkan pemerintah Tanzania meningkatkan jumlah simpanan karbon mereka,” tambahnya lagi.

Proyek survei tanah FAO untuk Tanzania ini melibatkan 16 tim lapangan yang akan bekerja selama dua tahun. Mereka akan mengumpulkan data dari 3.400 lokasi dengan sistem sampel. Sampel tanah dari seperempat lokasi ini akan dianalisis di laboratorium lokal.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyeru negara untuk mengurangi emisi dari praktik deforestasi dan kerusakan hutan melalui inisiatif REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation initiative).

Inisiatif REDD berupaya menciptakan nilai finansial dari karbon yang tersimpan dalam hutan sehingga bisa membantu negara berkembang beralih ke pola pertumbuhan yang berkelanjutan dan rendah karbon.

Proyek survei tanah Tanzania dipresentasikan dalam Konferensi Perubahan Iklim di Bonn, Jerman, yang berlangsung kemarin (16/5).

Redaksi Hijauku.com