Sampah elektronik (e-waste) jika tidak dikelola dengan baik akan membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Industri elektronik sudah merevolusi dunia. Tanpa produk-produk elektronik, kehidupan modern yang ideal tidak akan terwujud. Produk-produk ini mewarnai hampir semua sektor kehidupan. Mulai dari sektor kesehatan, pendidikan, makanan, komunikasi, keamanan, transportasi hingga sektor lingkungan dan budaya.

Peralatan elektronik seperti kulkas, TV, mainan, mesin cuci, ponsel, komputer, printer dsb memenuhi pasar setiap tahun. Jumlah produk-produk elektronik ini terus meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.

Di wilayah Uni Eropa, berat total peralatan elektronik yang dilempar ke pasar pada 2005 mencapai lebih dari 9,3 juta ton. Angka ini terus meningkat terutama di negara-negara Eropa Timur. Sebanyak 44 juta peralatan rumah tangga, 48 juta komputer dan laptop, 32 juta TV dan 776 juta lampu memenuhi pasar Eropa setiap tahun.

Di Amerika Serikat lebih dari 34 juta TV dan monitor dijual di pasar pada 2006. Lebih dari 24 juta komputer dan 139 juta alat komunikasi portabel, seperti ponsel, pager dan telepon pintar, diproduksi pada tahun yang sama.

Yang perlu dicatat, pertumbuhan penjualan tertinggi ditempati oleh peralatan komunikasi. Setidaknya 90 juta peralatan komunikasi terjual pada 2003, dan sebanyak 152 juta terjual pada 2008.

Di India, penjualan komputer pribadi mencapai 5 juta unit pada 2006, menyumbang 25% dari pertumbuhan industri komputer tahunan India.

Di China, sekitar 14 juta komputer pribadi terjual pada 2005. Lebih dari 48 juta TV, 20 juta lemari es dan 7,5 juta pendingin ruangan terjual pada 2001. Pangsa pasar produk elektronik di China terus meningkat setiap tahun.

Asosiasi GSM (GSM Association) memerkirakan, sebanyak 896 juta telepon seluler terjual di seluruh dunia pada 2006.

Kinerja industri ini menimbulkan kekhawatiran akan sampah elektronik yang jika tidak ditangani bisa menimbulkan pencemaran dan keracunan.

Banyak sampah elektronik yang mengandung logam berat, bahkan bahan-bahan radioaktif yang membahayakan kesehatan.

Saat ini data terkait sampah elektronik belum banyak tersedia. Universitas PBB memerkirakan, jumlah sampah elektronik di 27 negara anggota Uni Eropa mencapai 8,3 – 9,1 juta ton per tahun; sementara jumlah sampah elektronik di seluruh dunia mencapai 40 juta ton setiap tahun.

Di negara-negara maju proses daur ulang sampah elektronik sudah dilakukan dengan memisahkan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang bisa didaur ulang seperti logam, gelas dan plastik.

Namun kondisi memrihatinkan masih terus berlangsung di negara berkembang, termasuk di Indonesia.

Fasilitas pengolahan sampah termasuk sampah elektronik masih jarang ditemui. Masyarakat masih banyak membuang sampah elektronik di tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

Diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk membangun tempat pengolahan sampah berbahaya ini, termasuk sampah elektronik. Semua itu untuk menjaga kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Dukungan dari masyarakat diperlukan untuk mendorong pemerintah melakukan perubahan. Tidak ada waktu lagi selain memulainya dari sekarang.

Redaksi Hijauku.com