Tiga jenis tanaman yang dikembangkan dalam skala industri terus menggerus hutan-hutan primer dunia terutama di wilayah tropis.

Tanpa kita sadari, kerusakan hutan terus berlangsung. Hutan-hutan asli kini terus tergerus oleh perkembangan industri.

Bersama dengan aktifitas pembalakan liar, pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan dalam skala industri terus mengancam keberadaan hutan alami (primary forest) terutama di daerah tropis.

Negara-negara di wilayah tropis masih banyak yang memberikan konsesi wilayah hutan dengan alasan tuntutan pertumbuhan ekonomi. Tanpa sadar, mereka akan kehilangan aset sumber daya alam mereka yang sangat berharga yang tidak bisa digantikan oleh hutan buatan maupun hutan konservasi.

Hutan alami mengandung kekayaan sejati. Mulai dari keanekaragaman hayati hingga plasma nutfah yang bisa menjadi sumber nutrisi dan obat alami yang manjur untuk mengatasi penyakit-penyakit berbahaya di dunia.

Namun menurut laporan Program Lingkungan PBB (UNEP), ada tiga tanaman yang dalam perkembangannya menggerus lahan hutan alami jika tidak diatur dengan tegas.Ketiga tanaman tersebut adalah adalah tebu, kedelai dan kelapa sawit.

Di daerah tropis, dimana ketiga varietas tanaman ini dikembangkan dalam skala besar, wilayah perkebunan tebu, kedelai dan kelapa sawit dunia tumbuh 75% dari hanya di atas 8 juta km2 pada 1992 menjadi 14 juta km2 pada 2009.

Perkebunan sawit mencatat pertumbuhan paling besar yaitu 120% antara 1992 dan 2009, diikuti kacang kedelai (75%) dan tebu (30%).

Lahan pertanian kedelai menempati wilayah yang paling luas dan memiliki tingkat pertumbuhan absolut tertinggi dari 250.000 km2 pada 1992 ke hampir 10 miliar km2 pada 2009.

Tanaman tebu digunakan untuk memroduksi etanol, kacang kedelai untuk makanan ternak sementara minyak sawit untuk bahan makanan, obat-obatan dan produksi biofuel.

Menurut data UNEP, banyak lahan yang digunakan untuk memroduksi tanaman-tanaman ini yang dibuka dengan cara dibabat atau dibakar sehingga merusak wilayah hutan alami.

Jika produksi kacang kedelai dan tebu menjadi pemicu kerusakan hutan di Amerika Selatan, lahan perkebunan kelapa sawit terus menggerus hutan Indonesia.

Perubahan lahan akibat praktik perkebunan dan pertanian ketiga varietas tanaman ini tercatat sebagai perubahan lahan paling dramatis dalam sejarah manusia.

Menurut Lembaga Sosial dan Ekonomi PBB, ECOSOC, hutan saat ini menutupi 31% wilayah daratan dunia. Hutan menyerap lebih dari 1 triliun ton karbon dan memberi lapangan kerja bagi lebih dari 1,6 miliar penduduk.

Namun sayang, kerusakan hutan terus terjadi. Kerusakan hutan menyumbang 12 hingga 20% emisi gas rumah kaca global yang menyebabkan pemanasan global. Efek kerusakan hutan terhadap ekonomi dan perubahan iklim akan menjadi sesuatu yang akan sangat kita sesali dalam dekade ke depan nanti.

Redaksi Hijauku.com