Lima kota ramah lingkungan (green cities) saling bersaing menjadi kota masa depan bebas emisi pertama di dunia guna membantu mengurangi efek perubahan iklim.

Menurut analisis Maria Colenso yang diterbitkan di How Stuff Works, kota-kota ramah lingkungan (eco-cities) – baik yang sudah dibangun maupun yang masih dalam perencanaan – ini, memiliki ciri-ciri yang sama: kota-kota ini ingin mengurangi atau menghapuskan penggunaan bahan bakar fosil, membangun gedung yang ramah lingkungan serta memromosikan “ruang hijau” dan udara bersih.

Kota-kota hijau ini juga ingin menciptakan sistem transportasi publik yang hemat energi dan mudah diakses, menciptakan lingkungan kota yang ramah bagi pejalan kaki serta membangun prasarana yang terstruktur yang memadukan fungsi tempat tinggal, tempat kerja dan tempat belanja.

Semua kualitas ini dikenal sebagai konsep pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urbanism). Simak cerita lima kota hijau masa depan di bawah ini:

5. Treasure Island, di San Francisco, California, AS.

Transformasi Treasure Island menjadi kota ramah lingkungan hanyalah sedikit bagian dari sejarah panjang kota ini. Pada mulanya, pulau buatan seluas 1,5 km2 yang dibangun di tengah Teluk San Francisco ini dipakai untuk acara Golden Gate International Exposition pada 1939.

Setelah pameran tersebut berakhir, lahan ini rencananya akan digunakan sebagai lapangan terbang. Namun sebuah proposal baru mengubah Treasure Island – bersama dengan pulau tetangganya yaitu Yerba Buena Island – menjadi salah satu lokasi paling ramah lingkungan di AS.

Proyek Treasure Island yang dimulai pada tahun 2009 adalah proyek percontohan pembangunan kota ramah lingkungan di AS. Beberapa fasilitas yang diusulkan termasuk pembangunan gedung bersertifikasi LEED, pencegahan pembuangan air hujan, fasilitas pengolahan air alternatif termasuk pembangunan rawa-rawa buatan yang dijuluki Living Machines dan sistem transportasi bebas polusi.

Sebuah ladang organik perkotaan seluas 0,08 km2 akan dibangun dekat dengan pusat kota dan ditargetkan bisa memasok kebutuhan pangan 13.500 penduduk dengan pangan produksi lokal. Pasokan energi berasal dari pembangkit listrik tenaga surya dan angin dan pada 2020, 70% luas permukaan atap di kota ini akan ditutup oleh panel surya yang akan memroduksi sekitar 30 juta Kwh listrik setiap tahun.

4. Victoria, di British Columbia, Kanada

Kota Victoria, British Columbia, berencana menjadi kota yang bebas karbon pada 2012. Target itu semakin cepat terwujud dengan diluncurkannya proyek bernama Dockside Green. Proyek ramah lingkungan Dockside Green akan menggabungkan ruang tinggal, komersial, industri kecil dan ruang hijau di lahan dekat dengan pelabuhan seluas 0,06 km2.

Dockside Green ditargetkan menjadi komunitas bebas karbon pertama di Amerika Utara dengan menerapkan konsep ramah lingkungan pada gedung, sistem transportasi, energi dan pengelolaan limbah.

Dimulai dari gedung: Gedung di Dockside Green dibangun menggunakan kayu hutan bekas yang sudah terendam oleh air. Peralatan hemat energi dan fasilitas lain (seperti saklar lampu dengan sensor gerak), atap hijau (dengan menciptakan kebun di atap) dan alat pemantau jejak karbon (yang memungkinkan penduduk mencek pemakaian suhu, energi dan air) semua terpasang dalam rumah.

Anda tidak akan menemukan mobil terparkir di kota ini karena penduduk Victoria, dan Dockside Green, semua terlibat dalam program berbagi tumpangan. Mobil yang akan digunakan adalah mobil hibrida berbahan bakar ramah lingkungan.

Proyek Dockside Green juga akan membangun jalur bagi pesepeda dan pejalan kaki, fasilitas Kapal Ferry dan transportasi publik yang disubsidi oleh pemerintah .

Pengelolaan energi dan sampah, semua dilakukan dalam kota. Seluruh limbah akan diproses di tempat, sementara air yang sudah didaur ulang akan digunakan untuk menyiram toilet dan tanaman. Energi hasil pengolahan limbah makanan akan dipakai untuk pemanas ruangan dan air.

Saat ini, pembangunan komunitas hijau inovatif ini terus berlangsung. Tiga kompleks pertama sudah dibuka pada tahun 2009. Saat proyek selesai, kota ini akan menampung sekitar 2.500 penduduk.

3. Sherford, Inggris

Lapangan bowling, lapangan cricket dan ladang organik di taman kota, semuanya fasilitas ramah lingkungan ini – ditambah dengan fasilitas-fasilitas ramah lingkungan lain – akan bisa dinikmati oleh penduduk Sherford, Inggris.

Sherford, yang terletak di sebelah selatan Devon, adalah proyek ramah lingkungan dari putera mahkota Inggris, Pangeran Charles. Kota ini akan menampung 12.000 penduduk dan direncanakan selesai pada 2020. Para penasehat kerajaan menyebut kota ini sebagai komunitas masa depan paling hijau di Britania Raya.

Kota ini akan menggunakan teknologi dan rancang bangun ramah lingkungan tercanggih namun tetap memertahankan ciri kota tradisional Inggris. Gedung-gedung akan dibangun menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dalam radius 80 kilometer; air dan limbah akan didaur ulang.

Tempat tinggal dan perkantoran akan memaksimalkan fungsi atap, melengkapinya dengan panel surya dan tumbuh-tumbuhan yang akan menutupi seluruh atap gedung-gedung komersial. Separuh energi yang dibutuhkan Sherford akan dipasok dari sumber energi terbarukan: Selain panel surya, pembangunan turbin angin juga masuk dalam perencanaan.

Yang terakhir, kota akan didesain menjadi tempat yang ramah bagi pejalan kaki dengan membangun perumahan, pertokoan ritel dan industri dalam jarak terjangkau, sehingga mengurangi kebutuhan akan mobil. Pada praktiknya nanti, mobil akan dilarang beroperasi di beberapa wilayah di kota ini. Para pemilik rumah baru juga akan memperoleh sebuah sepeda gratis.

2. Dongtan, China

China adalah satu negara dengan tingkat polusi paling parah di dunia. Namun di Pulau Chongming, dekat kota Shanghai, kini tengah dibangun sebuah kota bebas karbon bernama Dongtan. Di kota ini juga akan dibangun sebuah wilayah konservasi ekologis.

Pembangunan Dongtan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama (untuk 10.000 hingga 25.000 penduduk) rencananya sudah selesai tahun lalu saat berlangsungnya Shanghai Expo. Namun berbagai macam masalah membuat penyelesaian proyek ini tertunda. Finalisasi pembangunan kota ini diharapkan selesai pada 2030 (untuk 500.000 penduduk).

Kota ini akan dibagi menjadi tiga wilayah bernama Marina, Lake dan Pond dan dirancang untuk menampung penduduk dari semua golongan ekonomi dan sosial.

Kota ini juga akan mengakomodasi berbagai lapangan pekerjaan termasuk sektor pertanian. Lahan pertanian akan dirancang khusus menggunakan metode pertanian organik dan berkelanjutan.

Rencana hijau paling ambisius di kota ini adalah di bidang energi. Dongtan akan menggabungkan sumber energi surya, angin, biofuel, dan dari daur ulang bahan-bahan organik. Tidak akan ada tempat pembuangan sampah akhir di kota ini – semua limbah akan dijadikan kompos, diproses dan digunakan kembali.

Atap-atap bangunan kota ini akan diisi dengan tanaman yang membantu pengaturan suhu ruang. Hanya mobil berbahan bakar ramah lingkungan yang diperbolehkan beroperasi di pulau ini. Fasilitas transportasi publik akan menggunakan sel bahan bakar hidrogen. Jalur sepeda dan pejalan kaki juga akan dibangun di kota ini.

Hanya 75% wilayah Pulau Chongming yang akan dibangun, sementara sisanya akan digunakan untuk wilayah konservasi ekologis. Guna meraih status bebas karbon, akan dilakukan penanaman pohon untuk menyerap polusi.

1. Masdar City, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab

Bebas mobil, bebas sampah, bebas polusi. Mungkinkan tercapai? Kota seperti inilah yang akan dibangun di Abu Dhabi yang kaya minyak itu. Kota Masdar, yang berarti “sumber” dalam bahasa Arab ini, dalam rencananya menghabiskan dana sebesar US$22 miliar dan ditargetkan menjadi kota bebas karbon pertama di dunia.

Kota ini akan memanfaatkan tenaga surya, angin dan hidrogen sebagai sumber energi. Masdar juga memiliki target ambisius dalam sektor transportasi. Mobil berbahan bakar fosil dilarang beroperasi di kota ini. Transportasi rel ringan bertenaga listrik yang bisa diprogram tersedia bagi penduduk yang ingin bepergian. Kota ini juga didesain sebagai kota yang ramah bagi pejalan kaki.

Pembangunan Masdar saat ini terus berlangsung. Dibagi dalam beberapa fase, pembangunan Masdar diharapkan selesai pada tahun 2016. Kota ini diprediksi bisa menampung hingga 50.000 penduduk.

Masa bagi kota bebas karbon telah tiba. Jika semua proyek kota ramah lingkungan ini berhasil menjadi kenyataan, mereka akan menulis sejarah mengagumkan sebagai kota-kota hijau pertama di dunia.

Redaksi Hijauku.com