Asosiasi telekomunikasi internasional PBB, International Telecommunications Union (ITU), sepakat menciptakan metodologi guna “menghijaukan” industri teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT).

Metodologi ini bertujuan untuk mengukur dampak lingkungan di industri ICT dengan menciptakan panduan uji tuntas (due diligence) atas pasokan material yang berpotensi konflik. ITU juga berupaya melindungi lingkungan dengan menciptakan solusi daur ulang untuk baterai ponsel dan peralatan ICT lain.

Karena metodologi pengukuran yang dipakai beragam, jumlah emisi global yang diciptakan dan bisa dikurangi oleh industri ICT masih belum bisa ditentukan. Setelah masalah ini diangkat pada simposium ITU pada 2008, ITU berupaya menciptakan standar global bekerja sama dengan organisasi standarisasi lain seperti ISO, IEC, ETSI dan ATIS. Metodologi baru tersebut kini masuk dalam Agenda Digital (Digital Agenda) Komisi Eropa (European Commission).

Program baru ITU terkait “mineral-mineral konflik” berawal dari masukan pemerintah Republik Demokrasi Kongo (Democratic Republic of Congo, DRC). ITU akan melakukan survey terhadap panduan dan prasyarat uji tuntas mineral-mineral yang berasal dari daerah konflik (khususnya bahan-bahan Tin (Sn), Tantalum (Ta), Tungsten (W) dan Emas (Au)) dan penggunaan bahan-bahan tersebut agar sesuai dengan hukum dan perjanjian internasional.

Mineral-mineral bumi yang langka banyak digunakan dalam produk-produk elektronik konsumen seperti telepon seluler, pemutar DVD, konsol game video dan komputer. Dengan diraihnya kesepakatan ini, industri ICT berhasil menunjukkan komitmennya membantu melestarikan lingkungan dari semua aspek industri.

Setelah sukses dengan konsep Universal Charging Solution (UCS) bagi perangkat bergerak, pertemuan yang dilaksanakan minggu lalu (28 September) ini juga menyetujui penelitian lanjutan terkait masalah standarisasi baterai pada piranti bergerak dan produk-produk ICT lain, dengan bertumpu pada isu perlindungan lingkungan, masa pakai, efisiensi, universalitas, proses daur ulang dan pemakaian kembali baterai.

Kesepakatan ini adalah langkah signifikan untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan berbahaya dalam baterai dan meningkatkan masa pakai produk-produk ICT. Semua pihak akan diuntungkan oleh penelitian ini, termasuk produsen baterai, peralatan ICT juga konsumen.

Sebelumnya, standar baru UCS adalah hasil masukan dari Asosiasi Operator GSM (GSM Association, GSMA) yang diprediksi bisa mengurangi konsumsi energi saat idle hingga 50%, potensi 51.000 ton sampah dari charger yang tidak terpakai dan 13,6 juta ton emisi gas rumah kaca setiap tahun.

Redaksi Hijauku.com