Jauh di dalam hutan Kolombia, sebuah cara baru penambangan emas berhasil memproduksi “emas hijau” pertama di dunia. Emas yang dalam penambangannya tidak merusak alam.

Proses penambangannya memang lamban dan butuh kesabaran ekstra. Lumpur pasir dikeruk, diayak serta dibersihkan di atas nampan dan jika mereka beruntung – muncul cahaya berkilauan yang tak lain adalah butir-butir kecil emas yang sangat berharga.

Ini adalah salah satu dari cerita-ceita inspiratif ekonomi hijau yang terdapat dalam Laporan Tahunan UNEP 2010. Dulu, kehidupan para petambang tradisional di wilayah Chocó, Kolombia sangat sulit. Penambangan dilakukan tanpa kontrol dan agresif dengan cara-cara yang berbahaya termasuk menggunakan merkuri yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan.

Setelah ditemukan Oro Verde, teknik penambangan emas dan platinum tradisional yang ramah lingkungan dan ramah sosial pertama di dunia, mulai tahun 2000, kehidupan masyarakat di wilayah tersebut mulai membaik.

Teknik ini menggunakan teknik pengayakan tradisional untuk memisahkan lumpur (alluvia) dan emas. Teknik ini tidak hanya memenuhi standar sosial, ekonomi dan lingkungan namun juga standar tenaga kerja. Keuntungan yang dihasilkan dari “emas hijau” ini digunakan kembali untuk pembangunan masyarakat.

Pada 2009, teknik yang ramah lingkungan sekaligus ramah sosial ini memenangkan SEED Award karena turut memromosikan pembangunan yang berkelanjutan.

SEED Award, yang didukung oleh UNEP beserta mitranya ini mendukung individu maupun institusi di negara berkembang yang memiliki tekat kuat berwirausaha guna memicu terciptanya ekonomi hijau, ekonomi yang ramah alam.

Skema Oro Verde saat ini sudah menarik lebih dari 200 keluarga pedesaan di Kolombia, membantu menciptakan pola pertambangan skala kecil yang bertanggung jawab secara sosial dan memicu berdirinya lembaga sertifikasi logam berharga lokal pertama di dunia .

Oro Verde telah bekerja sama dengan para pedagang perhiasan yang mendukung prinsip “Fairtrade” di seluruh dunia dan saat ini berusaha memperluas konsep dan manfaat teknik penambangan hijau ini ke berbagai komunitas petambang pedesaan di seluruh dunia, sekaligus untuk menjamin pasokan emas, platinum dan logam mulia lain yang ramah alam.

Menurut laporan MedIndia, emas Oro Verde dijual dengan harga 2% lebih tinggi dibanding harga pasar dan pedagang perhiasan membayar 13% premi yang kemudian digunakan untuk mendanai proyek pembangunan lokal yang menyentuh keluarga yang sudah memiliki lahan tersebut selama beberapa generasi.

Dalam program Oro Verde, petambang “tidak diperbolehkan menggunakan bahan-bahan beracun seperti merkuri, membunuh ikan atau hewan air lain dan harus mengembalikan lapisan tanah yang mereka gali sehingga tanah tersebut bisa ditanami kembali.”

Oro Verde kini terus berkembang dengan pesat dan menargetkan 5% pasar “fair gold” dalam 15 tahun mendatang. Andai saja pertambangan logam mulia di Indonesia bisa menerapkan “teknik hijau” ini.

Redaksi Hijauku.com