Buku elektronik dan situs berita semakin mudah ditemui. Apakah dua wahana baca itu menjadi cara membaca paling ramah lingkungan? Temukan jawabnya di artikel ini.
Bukti sementara di lapangan menunjukkan, buku-buku elektronik (e-readers) seperti Kindle dari Amazon dan Reader produksi Sony menjadi media baca yang lebih ramah lingkungan dibanding media cetak maupun media online.
Buku elektronik memungkinkan Anda mengunduh dan membaca buku di atas layar beresolusi tinggi yang tampak dan terasa seperti buku asli.
Namun untuk menentukan media baca mana yang paling ramah lingkungan, menurut American Progress, cara paling efektif adalah dengan menggunakan analisis masa pakai (Life Cycle Analysis) yang menghitung dampak lingkungan sebuah media mulai dari produksi, pengiriman hingga ke pembuangan.
Dampak dari setiap wahana baca itu terhadap lingkungan berbeda. Di industri buku, sumber pencemaran karbon dioksida terbesar berasal dari proses produksi kertas yang menyumbang hampir 70% tingkat pencemaran di industri tersebut.
Di industri buku elektronik, sumber pencemaran berasal dari proses produksi. Sementara sumber pencemaran dari situs online berasal dari energi yang dibutuhkan untuk mengakses atau membaca situs tersebut.
Tahun lalu, Pusat Studi Industri Buku (Book Industry Study Group), melalui Green Press Initiative melaporkan, “polusi karbon dioksida yang dihasilkan oleh industri buku mencapai 12.4 juta ton pada 2006 atau 18 kg per buku yang terjual ke konsumen”.
Angka ini tidak mengejutkan bagi sebuah industri manufaktur. Setiap tahun, di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta pohon ditebang untuk bahan baku buku. Industri surat kabar AS mengonsumsi 8.7 juta metrik ton kertas tahun lalu.
Sebuah studi di Swedia – yang dikupas oleh Matthew McDermott di Treehugger — berhasil membandingkan tingkat polusi di media cetak dan online.
Tingkat polusi di kedua industri itu tergantung dari berapa banyak energi yang dipakai, sejauh mana jarak hutan tanaman industri ke pabrik kertas, sejauh mana jarak pabrik kertas ke percetakan, hingga alat apa dan berapa lama waktu yang Anda perlukan untuk membaca kedua media tersebut.
Pada 2003 sebelum Kindle diproduksi, sebuah tesis karya Greg Kozak menyimpulkan bahwa buku memiliki tingkat pencemaran udara empat kali lipat lebih besar dibanding buku elektronik. Faktor penyebabnya adalah konsumsi kertas, pemakaian listrik dan biaya transportasi personal.
Studi oleh dua mahasiswa Universitas Berkeley menyimpulkan, surat kabar melepas CO2 ke udara 32-140 kali lebih besar dan menggunakan air 26-185 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan PDA (Personal Digital Assistance).
Analisis masa pakai (life cycle analysis) semakin sulit diterapkan jika kita menghitung biaya konflik sosial untuk memperoleh bahan baku peralatan elektronik seperti yang terjadi di Kongo atau biaya sosial dari konflik lahan antara pabrik kertas dan penduduk asli di Brazil.
Jika Anda tidak tertarik membeli buku elektronik karena harganya yang masih selangit, ada cara lain untuk menjadi pembaca yang ramah lingkungan. Ambil sepeda Anda dan pergi ke perpustakaan terdekat.
Bersepeda ke perpustakaan bisa mengurangi biaya dan emisi dari transportasi personal, sementara membaca buku di perpustakaan lebih ramah lingkungan karena Anda tidak perlu membeli buku baru sehingga mengurangi emisi dan biaya transportasinya.
Anda juga bisa pergi ke toko buku bekas dan atau saling menukar buku bekas di situs seperti swaptree.com sehingga bisa mengurangi sampah. Sekolah, rumah tinggal, gymnasium atau tempat penampungan biasanya juga menerima sumbangan buku-buku bekas Anda.
Proses daur ulang juga menjadi masalah di industri penerbitan. Green Press Initiative bekerja sama dengan penerbit buku dan surat kabar berupaya meningkatkan praktik ramah lingkungan.
Walau kecil, langkah mereka mulai menampakkan hasil. Sebanyak 5% kertas yang dipakai dalam industri percetakan saat ini berasal dari kertas daur ulang.
Tahun lalu, penerbit Random House telah berkomitmen menggunakan 30% bahan kertasnya dari kertas daur ulang. Penerbit lain seperti Simon & Schuster, juga menargetkan hal yang sama sementara penerbit Hyperion, telah menerapkan praktik ramah lingkungan dalam proses produksi dengan menggunakan tinta yang terbuat dari kedelai (soy-based ink).
Jika nantinya Anda memutuskan untuk membeli sebuah buku elektronik, pakai buku itu semaksimal mungkin untuk meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Jangan lupa mendaur ulang buku tersebut jika tidak bisa dipakai lagi.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment