Nusa Dua, Bali – Indonesia menjadi tuan rumah dari Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Regional Business Forum ke 4 bertemakan “Kawasan Coral Triangle sebagai Destinasi Pariwisata Bahari Dunia” yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali, Indonesia pada 27-29 Agustus 2015.
“Kami merasa terhormat menjadi tuan rumah dari inisiatif ini. Laut, lingkungan, dan wisata saling terkait dan berhubungan, dan menjaga kesehatan perairannya adalah kewajiban kita. Setiap pemikiran yang terapkan, solusi yang kami hadirkan, dan tindakan yang kami ambil akan berkontribusi besar terhadap investasi jangka panjang pada generasi mendatang,” kata
Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Asep Djembar, mewakili Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya HE. Dr. Rizal Ramli pada sambutan pembukaan.
“Sebagaimana kita ketahui, wisata bahari saat ini menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan menjadi sektor ekonomi yang berkembang sangat pesat. Kita harus memperkuat kemitraan untuk memastikan kawasan Segitiga Karang dapat menjadi model dari pengelolaan berbasis ekosistem yang berkelanjutan,”kata Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr. Sudirman Saad, M. Hum.
Forum yang berlangsung tiga hari tersebut akan mendorong para pelopor dari pelaku usaha, perwakilan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat dari 17 negara untuk mendiskusikan perihal kebijakan, strategi dan solusi inovatif dalam mempromosikan pariwisata bahari yang berkelanjutan di kawasan Segitiga Karang (Coral Triangle) – pusat keragaman hayati laut di dunia. Dalam forum ini terdapat tiga acara utama, yaitu (i) Sustainable Marine Tourism Conference, (ii) the Coral Triangle Marine Tourism Investment Forum and B2B Meetings, dan (iii) the Coral Triangle Marine Tourism Expo.
“Tahun lalu, lebih dari 1,1 Milyar wisatawan asing menjelajah dunia dan pada 2030 akan meningkat hingga 1,8 Milyar ditambah dengan lebih dari 5 Milyar wisatawan domestik. Pariwisata menciptakan lapangan kerja dan kesempatan ekonomi, namun dapat pula memberikan dampak negatif pada lingkungan dan sosial bila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, keberlanjutan harus ditanamkan dan diarusutamakan pada segala bentuk pariwisata,” ujar Luigi Cabrini, Chairman of Global Sustainable Tourism Council dan Advisor to the UNWTO
Sebuah laporan memamparkan bahwa lebih dari 85 persen terumbu karang di kawasan Segitiga Karang secara langsung terancam oleh aktivitas manusia. Laporan berjudul Reefs at Risk Revisited menunjukkan bahwa ancaman terbesar pada terumbu karang di negara-negara Segitiga Karang –Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste– adalah penangkapan berlebih, polusi perairan, dan pembangunan kawasan pesisir.
Widi A.Pratikto Ph.D, Direktur Eksekutif Sekretariat Regional CTI-CFF mengatakan, “Inisiatif Segitiga Karang terbentuk oleh komunitas regional dari enam negara untuk bekerjasama melalui kerangka kerja nyata dan memberikan wadah untuk tindakan nyata. Keberagaman latar belakang anggotanya mencerminkan keinginan yang kuat dari para pemangku kepentingan untuk dapat terlibat dalam membuat kontribusi yang bermakna dalam upaya bersama untuk mencapai sistem pengelolaan wisata bahari yang lebih baik dan berkelanjutan di kawasan Segitiga Karang.”
Direktur Eksekutif Coral Triangle Center, Rili Djohani, salah satu penyelenggara forum tersebut mengatakan, “Wisata bahari di kawasan Segitiga Karang terus meningkat dalam dua tahun terakhir dan akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan pasar kelas menengah di Asia. Kita harus memastikan wisata bahari di kawasan Segitiga Karang tetap lestari dan menerapkan standar dan praktik terbaik dalam industri pariwisata agar ekosistem yang rentan atas segala aktivitas tersebut dapat terjaga hingga masa depan.”
Sejak pembetukan Forum Bisnis Regional CTI, ajang tersebut telah mendorong perusahaan perikanan, penjual hidangan laut, lembaga keuangan, serta operator perjalanan dan wisata di kawasan Segitiga Karang mengumumkan kepada publik langkah nyata untuk mengurangi dampak pada lingkungan laut dengan menerapkan praktik bisnis yang lebih bertanggungjawab. “Sektor swasta, pejabat pemerintah lokal, para pemimpin perempuan dan tokoh masyarakat harus bekerjasama untuk memastikan keberlanjutan dapat tercapai,” tambah Widi.
–###—
Catatan untuk editor:
– Kawasan Segitiga Karang merupakan pusat keragaman hayati laut di dunia. Lebih dari 2.000 jenis ikan karang dan 600 spesies karang hidup di wilayah ini. Kawasan Segitiga karang meliputi Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste. Forum Bisnis Regional Kawasan Segitiga Karang diselenggarakan oleh Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) dan mitra pemerintah untuk kemitraan bersama sektor swasta dalam menciptakan solusi bisnis yang inovatif untuk menjaga kelestarian sumber daya laut yang menguntungkan secara ekonomi.
– Data dari World Travel and Tourism Council menunjukkan bahawa industri perjalanan dan pariwisata di enam negara kawasan Segitiga Karang telah memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Di tahun 2014, industri ini berkontribusi sebesar 58 Milyar USD terhadap GDP di enam negara serta telah menyediakan lapangan kerja kepada lebih dari 5 juta orang. Diperkirakan sekitar 3 Milyar USD pendapatan pariwisata bahari di kawasan Segitiga Karang didapat dari pertukaran mata uang di area tersebut.
Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Hery Daulay: hery_gdly@yahoo.com
Dwi Aryo Tjiptohandono: daryo@wwf.or.id
Edwin Bimo: lgallardo@coraltrianglecenter.org
Leilani Gallardo: lgallardo@coraltrianglecenter.org
R. Jaka Setia: jsetia@tnc.org
Leave A Comment